TUMBUH KEMBANG BALITA
1. PENGERTIAN ANAK BALITA
Anak Balita sebagai masa emas atau "golden age" yaitu insan manusia yang berusia 0-6 tahun (UU No. 20 Tahun 2003), meskipun sebagian pakar menyebut anak balita adalah anak dalam rentang usia 0-8 tahun.
Kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik, artinya memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan motorik kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio-emosional (sikap dan perilaku serta agama), bahasa dan komunikasi yang khusus sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan yang sedang dilalui oleh anak tersebut.
|
Balita |
Secara psikologis, rentang usia tersebut dibagi dalam 3 tahapan yaitu masa sebelum lahir, masa bayi dan masa awal kanak-kanak. Pada ketiga tahapan tersebut banyak terjadi perubahan yang mencolok, baik fisik maupun psikologis, karena tekanan budaya dan harapan untuk menguasai tugas-tugas perkembangan tertentu, yang akan mempengaruhi tumbuh kembang anak. Pembagian menurut tahapan tersebut sangat tergantung pada faktor sosial, yaitu tuntutan dan harapan untuk menguasai proses perkembangan yang harus dilampaui anak dari lingkungannya.
Pada setiap tahap perkembangan, terdapat beberapa aspek fisik dan psikologis yang terjadi, misalnya pada masa bayi secara umum menunjukkan bahwa anak sangat tergantung pada orang dewasa, sedangkan saat anak memasuki awal masa kanak-kanak, ketergantungan mulai berkurang dan ada harapan serta perlakuan tertentu dari kelompok sosial serta mulai tumbuh kemandirian, yang akan berakhir saat anak mulai masuk sekolah dasar. Perkembangan pada setiap aspek memiliki tingkat dan kecepatan yang berbeda-beda baik, tergantung dari faktor individu maupun lingkungan yang menstimulirnya. Seluruh perkembangan ini akan dilampaui anak dan setiap aspek perkembangannya tidak berdiri sendiri melainkan saling terkait satu sama lain.
Berdasarkan hal tersebut, maka tumbuh kembang anak serta kemampuan mereka dapat diidentifikasi lebih awal, yang selanjutnya dapat dikembangkan. Berbekal pemahaman tentang perkembangan anak balita maka orang tua atau orang dewasa lainnya dapat mengetahui titik terpenting untuk pengembangannya, dengan menitik beratkan pada masa belajar anak. Dengan demikian pertumbuhan dan perkembangan anak balita tersebut perlu diarahkan pada peletakan dasar-dasar yang tepat bagi pertumbuhan dan perkembangan fisik, daya pikir, daya cipta, sosio-emosional, bahasa, komunikasi yang seimbang sebagai dasar pembentukan pribadi.
2. PERKEMBANGAN ANAK BALITA
A. Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
Perkembangan kemampuan dasar anak-anak berkolerasi dengan pertumbuhan dan mempunyai pola yang tetap dan berlangsung secara berurutan. Dalam rangka merangsang tumbuh kembang anak secara optimal maka pengembangannya harus dilakukan secara menyeluruh terhadap semua aspek kemampuan yang sesuai dengan pembagian kelompok umur.
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan interselular. Berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagain atau keseluruhan, sehingga dapat diukur dengan satuan panjang dan berat.
Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa, serta sosialisai dan kemandirian.
Pertumbuhan terjadi secara simultan dengan perkembangan. Berbeda dengan pertumbuhan, perkembangan merupakan hasil interaksi kematangan susunan saraf pusat dengan organ yang dipengaruhinya.
B. Ciri Perkembangan Anak
Proses tumbuh kembang anak mempunyai beberapa ciri yang saling berkaitan. Ciri-ciri tersebut adalah sebagai berikut.
1) Perkembangkan menimbulkan perubahan
Perkembangan terjadi bersamaan dengan pertumbuhan. Setiap pertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi.
2) Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal menentukan perkembangan selanjutnya
Setiap anak tidak akan bisa melewati satu tahap perkembangan sebelum ia mengalami tahapan sebelumnya. Contoh: seorang anak tidak akan bisa berjalan sebelum ia bisa berdiri, dan tidak akan bisa berdiri jika pertumbuhan kai dan bagian tubuh lain yang terkait dengan fungsi berdiri anak terlambat. Karena itu perkembangan awal ini merupakan masa kritis karena akan menentukan perkembangan selanjutnya.
3) Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda
Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda-beda, baik dalam pertumbuhan fisik maupun perkembangan fungsi organ dan perkembangan pada masing-masing anak.
4) Perkembangan berkorelasi dengan pertumbuhan
Pada saat pertumbuhan berlangsung cepat, perkembangan pun demikian, terjadi peningkatan mental, memori, daya nalar, asosiasi dan lain-lain.
5) Perkembangan mempunyai pola yang tetap
Perkembangan fungsi organ tubuh terjadi menurut dua hukum yang tetap, yaitu:
a) Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah kepala, kemudian menuju ke arah anggota tubuh
b) Perkembangan terjadi lebih dahulu pada kemampuan gerak kasar diikuti kemampuan gerak halus.
6) Perkembangan memiliki tahap yang berurutan
Tahap perkembangan seorang anak memiliki pola yang teraturndan berurutan, dan tahapan tersebut tidak bisa terjadi terbalik, misalnya anak terlebih dahulu mampu membuat lingkaran sebelum mampu gambar kotak, anak mampu berdiri sebelum berjalan, dan sebagainya.
C. Stimulasi Tumbuh Kembang Anak
Sebelum mamahami tentang periode dan aspek perkembangan yang berlangsung pada anak balita, maka penting dipahami beberapa prinsip tentang stimulai tumbuh kembang. Stimulasi tumbuh kembang pada anak balita merupakan kegiatan merangsang kemampuan dasar anak agar anak tumbuh kembang secara optimal. Setiap anak perlu mendapat stimulasi rutin sedini mungkin dan terus menerus pada setiap kesempatan. Stimulasi tumbuh kembang anak dilakukan oleh orang tua, yang merupakan orang terdekat dengan anak, pengganti ibu atau pengasuh anak, anggota keluarga lain dan orang dewasa lainnya. Kurangnya sti,ulasi dapat menyebabkan penyimpangan tumbuh kembang anak bahkan gangguan yang menetap. Kemampuan dasar anak yang dirangsang dengan stimulasi terarah adalah kemampuan gerak kasar, kemampuan gerak motorik halus, kemampuan bicara dan bahasa serta kemampuan sosialisasi dan kemandirian.
Dalam melakukan stimulasi tumbuh kembang anak, ada beberapa prinsip dasar yang perlu diperhatikan yakni
1) Stimulasi dilakukan dengan dilandasi rasa cinta dan kasih sayang.
2) Selalu tujukkan sikap dan perilaku yang baik, karena anak akan meniru tingkah laku orang-orang yang terdekat dengan anak.
3) Berikan stimulasi sesuai dengan kelompok umur anak.
4) Lakukan stimulasi dengan cara mengajak anak bermain, bernyanyi, bervariasi menyenangkan, tanpa paksaan dan tidak ada hukuman.
5) Lakukan stimulasi secara bertahap dan berkelanjutan sesuai umur anak, terhadap 4 (empat) aspek kemampuan dasar anak.
6) Gunakan alat bantu atau permainan yang sederhana, aman dan ada disekitar anak.
7) Berikan kesempatan yang sama pada anak laki-laki dan perempuan.
8) Berikan selalu pujian bila perlu hadiah atas keberhasilannya.
D. Periode dan Tahap Perkembangan Anak Menurut Umur dan Aspek Kemampuan
Perkembangan kemampuan dasar anak-anak berkorelasi dengan pertumbuhan. Perkembangan kemampuan dasar mempunyain pola yang tetap dan berlangsung secara berurutan. Oleh karenanya stimulasi yang diberikan kepada anak balita dalam rangka merangsang pertumbuhan dan perkembangan anak dapat dilakukan sesuai dengan pembagian kelompok umur anak berikut ini:
No.
|
Periode Tumbuh Kembang
|
Kelompok Umur
|
1.
|
Masa prenatal, janin dalam kandungan
|
Masa Prenatal
|
2.
|
Masa bayi
|
Umur 0-12 bulan
|
3.
|
Masa anak balita
|
Umur 12-60 bulan (2-5 tahun)
|
4.
|
Masa pra sekolah
|
Umur 60-72 bulan (5-6 tahun)
|
1. Kemampuan Bayi (0 –12 bulan)
Pada masa bayi baru lahir (0 sampai 28 hari), terjadi adaptasi terhadap lingkungan dan terjadi perubahan sirkulasi darah serta mulainya berfungsi organ-organ. Setelah 29 hari sampai dengan 11 bulan, terjadi proses pertumbuhan yang pesat dan proses pematangan yang berlangsung secara terus menerus terutama meningkatnya fungsi sistem syaraf.
Kemampuan yang dimiliki bayi meliputi;
a) Kemampuan Motorik
Kemampuan motorik merupakan sekumpulan kemampuan untuk menggunakan dan mengontrol gerakan tubuh, baik gerakan kasar maupun gerakan halus. Motorik kasar merupakan keterampilan menggerakkan bagian tubuh secara harmonis dan sangat berperan untuk mencapai keseimbangan yang menunjang motorik halus. Motorik halus merupakan keterampilan yang menyatu antara otot halus dan panca indera. Kemampuan motorik selalu memerlukan koordinasi bagian-bagian tubuh, sehingga latihan untuk aspek motorik ini perlu perhatian.
Kemampuan motorik pada bayi berdasarkan usia yakni:
Usia
|
Motorik kasar
|
Motorik halus
|
0-3 bulan
|
· mengangkat kepala,
· guling-guling,
· menahan kepala tetap tegak,
|
· melihat, meraih dan menendang mainan gantung,
· memperhatikan benda bergerak,
· melihat benda-benda kecil,
· memegang benda,
· meraba dan merasakan bentuk permukaan,
|
3-6 bulan
|
· menyangga berat,
· mengembangkan kontrol kepala.
· Duduk.
|
· memegang benda dengan kuat,
· Memegang benda dengan kedua tangan,
· makan sendiri,
· mengambil benda-benda kecil.
|
6-9 bulan
|
· merangkak
· menarik ke posisi berdiri
· berjalan berpegangan
· berjalan dengan bantuan.
|
· Memasukkan benda kedalam wadah,
· Bermain 'genderang'
· Memegang alat tulis dan mencoret-coret
· Bermain mainan yang mengapung di air
· Membuat bunyi-bunyian.
· Menyembunyikan dan mencari mainan
|
9-12 bulan
|
· bermain bola
· membungkuk
· berjalan sendiri
· naik tangga.
|
· Menyusun balok/kotak
· Menggambar
· Bermain di dapur.
|
b) Kemampuan Bicara dan Bahasa
Masa bayi adalah masa dimana kontak erat antara ibu dan anak terjalin sehingga dalam masa ini, pengaruh ibu dalam mendidik anak sangat besar. Kemampuan bicara bayi masih dalam bentuk pra bicara, yang diekspresikan dengan cara menangis, mengoceh, gerakan isyarat dan ekspresi wajah seperti tersenyum. Bahkan pada masa ini lebih sering muncul senyum sosial sebagai reaksi terhadap rangsangan dari luar .
Ekspresi emosi adalah bahasa pertama sebelum bayi berbicara, sebagai cara untuk mengkomunikasikan dirinya pada orang tua atau orang lain. Bayi akan bereaksi pada ekspresi wajah dan tekanan suara, sebaliknya orangtua membaca ekspresi bayi dan merespon jika ekspresi bayi menunjukkan tertekan atau gembira. Terkait dengan ekspresi emosi bayi, yang mudah dikondisikan, maka ekspresi emosi bayi mudah dikondisikan. Jika orangtua lebih banyak menunjukkan suasana hati yang positif seperti selalu gembira, santai dan menyenangkan, akan mempengaruhi pemahaman bayi terhadap sesuatu dan cenderung menimbulkansuasana hati yang menyenangkan. Sebaliknya jika orang dewasa mengkondisikan dengan situasi yang tidak menyenangkan maka suasana emosi bayi cenderung buruk. Kemampuan bicara pada bayi sebenarnya ada hubungannya dengan perkembangan otak, terutama pada saat bayi menangkap kata-kata yang diucapkan dan menyampaikan apa yang ada dalam pikirannya. Pada saat bayi berjalan, berbicara, tersenyum dan mengerutkan dahi, sebenarnya tengah berlangsung perubahan dalam otak. Meski keterkaitan sel-sel syaraf (neuron) yang dimiliki bayi, masih sangat lemah, namun akan sangat mempengaruhi pada perkembangan sel syaraf pada tahap selanjutnya. Bayi mengerti dan memahami sesuatu yang berada disekelilingnya, tidak terbatas dengan melihat serta memanipulasi namun sebenarnya bayi sudah memiliki kemampuan untuk memberi perhatian, menciptakan simbolisasi, meniru dan menangkap suatu konsep melalui gerakan sudah lebih berkembang. Oleh karenanya untuk mengoptimalkan kemampuan otaknya maka bayi perlu lebih banyak menstimulasi bayi untuk mengenal benda-benda sekelilingnya sambil terus mengajak berbicara.
Kemampuan bicara dan berbahasa pada masa bayi sbb:
Usia
|
Kemampuan Bicara dan Bahasa
|
0-3 bulan
|
· prabicara,
· meniru suara-suara,
· mengenali berbagai suara.
|
3-6 bulan
|
· mencari sumber suara,
· menirukan kata-kata..
|
6-9 bulan
|
· menyebutkan nama gambar di buku majalah,
· menunjuk dan menyebutkan nama gambar-gambar.
|
9-12 bulan
|
· menirukan kata-kata
· berbicara dengan boneka
· bersenandung dan bernyanyi.
|
c) Kemampuan Sosialisasi dan Kemandirian
Kemampuan sosialisasi dan kemandirian dapat dirangsang dengan sosialisasi pada masa bayi diawali di dalam keluarga, dimana dalam keluarga terjadi hubungan timbal balik antara bayi dan pengasuh atau orangtua. Melalui perhatian dan perilaku orangtua akan memberi kerangka pada bayi dalam berinteraksi dan pengalaman yang terpenting bagi bayi karena keluarga adalah melibatkan proses kasih sayang. Kemampuan bayi untuk bersosialisasi mulai muncul, dasar-dasar sosial mulai dibentuk, yang diperoleh dengan cara mencontoh perilaku pada situasi sosial tertentu, misalnya mencontoh perilaku sosial dari kakak atau orang tuanya, yang akhirnya akan mempengaruhi cara penyesuaian pribadi dan sosialnya dikemudian hari. Kemampuan sosialisasi dan kemandirian pada masa bayi sbb:
Usia
|
Kemampuan Sosialisasi dan Kemandirian
|
0-3 bulan
|
· memberi rasa aman dan kasih sayang,
· mengajak bayi tersenyum,
· mengajak bayi mengamati benda-benda dan keadaan di sekitarnya,
· meniru ocehan dan mimik muka bayi,
· mengayun bayi,
· menina bobokan.
|
3-6 bulan
|
· bermain "ciluk ba',
· melihat dirinya di kaca,
· berusaha meraih mainan.
|
6-9 bulan
|
· mulai bermain atau 'bersosialisasi' dengan orang lain.
· Mulai melambaikan tangan jika ditinggal pergi.
· Mulai membalas lambaian tangan orang lain.
|
9-12 bulan
|
· Minum sendiri dari sebuah cangkir,
· Makan bersama-sama
· Menarik mainan yang letaknya agak jauh.
|
2. Kemampuan Anak di Bawah Usia Lima Tahun (12 – 59 bulan)
Pada masa ini kecepatan pertumbuhan mulai menurun dan terdapat kemajuan dalam perkembangan motorik (gerak kasar dan gerak halus) serta fungsi eksresi/pembuangan. Periode penting dalam tumbuh kembang masa usia ini akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Pada usia 3 tahun pertama kehidupan, pertumbuhan dan perkembangan sel-sel otak masih berlangsung; dan tejadi pertumbuhan serabut-serabut syaraf dan cabang-cabangnya, sehingga terbentuk jaringan syaraf dan otak yang kompleks. Jumlah dan pengaturan hubungan-hubungan antar sel syaraf ini akan sangat mempengaruhi segala kinerja otak, mulai dari kemampuan belajar berjalan, mengenal huruf hingga bersosialisasi.
a) Kemampuan Motorik
Masa ini disebut sebagai masa sangat aktif dari seluruh masa kehidupannya, karena tingkat aktivitasnya dan perkembangan otot besar mereka sedang tumbuh. Demikian halnya dengan kemampuan motorik halus anak, sudah mulai meningkat dan menjadi lebih tepat pada saat berusia 5 tahun. Koordinasi tangan, lengan dan tubuh dapat bergerak bersama dibawah koordinasi yang lebih baik daripada mata.
Dengan demikian masa ini disebut juga sebagai masa belajar berbagai kemampuan dan keterampilan, dengan berbekal rasa ingin tahu yang cukup kuat dengan seringnya anak mencoba hal-hal baru dan seringnya pengulangan menyebabkan masa ini menjadi masa yang tepat untuk mempelajari keterampilan baru.
Kemampuan motorik yang dimiliki anak sbb;
Usia
|
Gerak Kasar
|
Gerak Halus
|
12-15 bulan
|
· Berjalan tanpa pegangan sambil menarik mainan yang bersuara,
· Berjalan mundur,
· Berjalan naik dan turun tangga,
· Berjalan sambil berjinjit
· Menangkap dan melempar bola
|
· Bermainan balok dan menyusun balok.
· Memasukkan dan mengeluarkan benda kedalam wadah.
· Memasukkan benda yang satu ke benda lainnya.
|
15-18 bulan
|
· Bermain di luar rumah.
· Bermain air
· Menendang bola.
|
· Meniup ,
· Membuat untaian.
|
18-24 bulan
|
· Melompat,
· Melatih keseimbangan tubuh,
· Mendorong mainan dengan kaki.
|
· Mengenal berbagai ukuran dan bentuk,
· Bermain puzzle,
· Menggambar wajah atau bentuk,
· Membuat berbagai bentuk dari adonan kue/lilin mainan.
|
24-36 bulan
|
· Latihan menghadapi rintangan,
· Melompat jauh,
· Melempar dan menangkap bola besar.
|
· Membuat gambar tempelan,
· Memilih dan mengelompokkan benda-benda menurut jenisnya,
· Mencocokan gambar dan benda,
· Konsep jumlah,
· Bermain/menyusun balok-balok.
|
36-48 bulan
|
· Menangkap bola kecil dan melemparkan kembali.
· Berjalan mengikuti garis lurus,
· Melompat dengan satu kaki,
· Melempar benda-benda kecil ke atas,
· Menirukan binatang berjalan,
· Berjalan jinjit secara bergantian.
|
· Memotong dengan menggunakan gunting,
· Menempel guntingan gambar sesuai dengan cerita.
· Menempel gambar pada karton.
· Belajar 'menjahit' dengan tali rafia.
· Menggambar/menulis garis lurus, bulatan,segi empat, huruf dan angka.
· Menghitung lebih dari 2 atau 3 angka.
· Menggambar dengan jari, memakai cat,
· Mengenal campuran warna dengan cat air,
· Mengenal bentuk dengan menempel potongan bentuk.
|
48-60 bulan
|
· Lomba karung
· Main engklek
· Melompat tali.
|
· Mengenal konsep "separuh atau satu"
· Menggambar dan atau melengkapi gambar,
· Menghitung benda-benda kecil dan mencocokkan dengan angka.
· Menggunting kertas (sudah dilipat) dengan gunting tumpul,
· Membandingkan besar/kecil, banyak/sedikit, berat/ringan.
· Belajar 'percobaan ilmiah'
· Berkebun.
|
b) Kemampuan Bicara dan Bahasa
Bertambahnya kematangan otak dikombinasikan dengan peluang-peluang untuk menjelajahi dunia sekelilingnya dan sebagai penyumbang terbesar untuk lahirnya kemampuan kognitif anak. Sejumlah kemampuan anak, seperti belajar membaca adalah berkaitan dengan masukan dari mata anak yang ditransmisikan ke otak anak, kemudian melalui sistem yang ada di otak, menterjemahkannya kedalam kode huruf-huruf, kata-kata dan asosiasinya. Akhirnya akan dikeluarkan dalam bentuk bicara. Bakat bicara anak karena sistem otak diorganisasikan sedemikian rupa sehingga memungkinkan anak memproses sebagai bahasa.
Anak mulai pandai berbicara, sejalan dengan perkembangannya memahami sesuatu. Biasanya anak mulai berbicara sendiri, kemudian berkembang menjadi kemampuan untuk bertindak tanpa harus mengucapkannya. Dalam hal ini anak telah menginternalisasikan pembicaraan yang egocentris dalam bentuk berbicara sendiri menjadi pemikiran anak. Hal ini merupakan suatu transisi awal untuk dapat lebih berkomunikasi secara sosial.
Usia
|
Kemampuan Bicara dan Bahasa
|
12-15 bulan
|
· Membuat suara dari dari barang2 yang dipilihnya,
· Menyebut nama bagian tubuh,
· Melakukan pembicaraan.,
|
15-18 bulan
|
· Bercerita tentang gambar di buku/majalah,
· Permainan telepon-teleponan,
· Menyebut berbagai nama barang.
|
18-24 bulan
|
· Melihat acara televisi,
· Mengerjakan perintah sederhana,
· Bercerita tentang apa yang dilihatnya.
|
24-36 bulan
|
· Menyebut nama lengkap anak,
· Bercerita tentang diri anak,
· Menyebut berbagi jenis pakaian.
· Menyatakan keadaan suatu benda.
|
36-48 bulan
|
· Berbicara dengan anak,
· Bercerita mengenai dirinya,
· Bercerita melalui album foto,
· Mengenal huruf besar menurut alfabet di koran/majalah.
|
48-60 bulan
|
· Belajar mengingat-ingat,
· Mengenal huruf dan simbol,
· Mengenal angka,
· Membaca majalah,
· Mengenal musim,
· Mengumpulkan foto kegiatan keluarga,
· Mengenal dan mencintai buku,
· Melengkapi dan menyelesaikan kalimat,
· Menceritakan masa kecil anak,
· Membantu pekerjaan di dapur.
|
c) Kemampuan Bersosialisasi dan Kemandirian
Dasar-dasar sosialisasi yang sudah diletakkan pada masa bayi, maka pada masa ini mulai berkembang. Dalam hal ini hubungan keluarga, orangtua-anak, antar saudara dan hubungan dengan sanak keluarga cukup berperan. Pengasuhan pada tahun pertama berpusat pada perawatan, berubah ke arah kegiatan-kegiatan seperti permainan, pembicaraan dan pemberian disiplin, akhirnya mengajak anak untuk menalar terhadap sesuatu. Pada masa ini sebagai masa bermain, anak mulai melibatkan teman sebayanya, melalui bermain, meski interaksi yang dibangun dalam permainan bukan bersifat sosial, namun sebagai kegiatan untuk menyenangkan dan dilaksanakan untuk kegiatan itu sendiri. Jenis permainan yang dilakukan bisa berbentuk konstruktif, permainan pura-pura, permainan sensori motorik, permainan sosial atau melibatkan orang lain, games atau berkompetisi.
Usia
|
Kemampuan Bersosialisasi dan Kemandirian
|
12-15 bulan
|
· Menirukan pekerjaan rumah tangga,
· Melepas pakaian,
· Makan sendiri,
· Merawat mainan,
· Pergi ke tempat-tempat umum.
|
15-18 bulan
|
· Belajar memeluk dan mencium,
· Membereskan mainan/membantu kegiatan di rumah,
· Bermain dengan teman sebaya,
· Permainan baru,
· Bermain petak umpet.
|
18-24 bulan
|
· Mengancingkan kancing baju,
· Permainan yang memerlukan interkasi dengan teman bermain.
· Membuat rumah-rumahan,
· Berpakaian,
· Memisahkan diri dengan anak.
|
24-36 bulan
|
· Melatih buang air kecil dan buang air besar di WC/kamar mandi.
· Berdandan/memilih pakaian sendiri.
· Berpakaian sendiri.
|
36-48 bulan
|
· Mengancingkan kancing tarik,
· Makan pakai sendok garpu,
· Membantu memasak,
· Mencuci tangan dan kaki,
· Mengenal aturan/batasan.
|
48-60 bulan
|
· Membentuk kemandirian dengan memberi kesempatan mengunjungi temannya tanpa ditemani.
· Membuat atau menempel foto keluarga,
· Membuat mainan/boneka dari kertas.
· Menggambar orang,
· Mengikuti aturan permainan/petunjuk,
· Bermain kreatif dengan teman-temannya,
· Bermain 'berjualan dan berbelanja di toko"
|
3. Masa Anak Pra Sekolah (usia 60-72 bulan atau 5-6 tahun);
Pada masa ini, pertumbuhan berlangsung dengan stabil, aktivitas jasmani semakin bertambah dan meiningkatnya keterampilan dan proses berpikir. Anak mulai menunjukkan keinginannya seiring dengan pertumbuhan dan perkembangannya. Pada masa ini, anak mulai diperkenalkan dengan lingkungan luar selain lingkungan dalam rumah, sehingga anak mulai senang bermain di luar rumah. Anak mulai berteman bahkan anak banyak keluarga menghabiskan waktunya bermain di luar rumah, seperti bermain di taman atau ke tempat-tempat yang menyediakan fasilitas bermain anak.
Pada masa ini anak dipersiapkan untuk sekolah, oleh karenanya panca indera dan sistim reseptor penerima rangsangan serta proses memori harus sudah siap sehingga anak mampu belajar dengan baik. Proses belajar yang tepat bagi usia ini adalah dengan cara bermain.
Kemampuan yang dimiliki pada anak pra sekolah adalah sbb:
Kemampuan
|
Keterangan
|
Gerak kasar
|
· bermain bola dengan teman sebayanya
· naik sepeda, bermain sepatu roda.
|
Gerak halus
|
· mengerti urutan kegiatan,
· berlatih mengingat-ingat,
· membuat sesuatu dari tanah liat/lilin,
· bermain "berjualan",
· belajar bertukang, memakai pali, gergaji dan paku,
· mengumpulkan benda-benda,
· belajar memasak,
· mengenal kalender
· mengenal waktu,
· menggambar dari berbagai sudut pandang,
· belajar mengukur.
|
Bicara dan bahasa
|
· mengenal benda yang serupa dan berbeda,
· bermain tebak-tebakan,
· berlatih mengingat-ingat,
· menjawab pertanyaan "mengapa ?"
· menganal rambut/tanda lalu lintas,
· mengenal uang logam,
· mengamati/meneliti keadaan sekitar.
|
Bersosialisasi dan kemandirian.
|
· Berkomunikasi dengan anak,
· Berteman dan bergaul,
· Mematuhi peraturan keluarga
|
E. KECERDASAN JAMAK
Kemampuan anak balita dapat bekembang optimal apabila anak mampu mengembangkan kecerdasan jamak . Maksud kecerdasan disini tidak terbatas pada kemampuan anak yang terkait dengan kepandaian dengan prestasi akademik namun mencakup kemampuan lain yang terkait dengan semua bagian otak manusia. Hal ini dapat diwujudkan melalui kemampuan anak dalam berbicara, bermain dengan hitung-hitungan, berimajinasi dengan warna dan bentuk, mengekspresikan diri melalui gerakan, menangkap bunyi dan mengekspresikannya, kemampuan untuk bergaul dengan orang lain, kemampuan mengolah perasaan atau bnerkesenian, kemampuan mencintai alam dan lingkungan lebih luas lagi, seperti pada pemahaman alam semesta. Menurut Howard Gardner (2002), kecerdasan jamak dapat diuraikan menjadi 9 kecerdasan, yaitu:
1. Kecerdasan Bahasa (verbal-linguistik)
Kecerdasan bahasa atau verbal-linguistik berkaitan erat dengan kata-kata, baik lisan maupun tertulis beserta dengan aturan-aturannya. Anak-anak yang memiliki kecerdasan bahasa menyukai kegiatan bermain yang memfasilitasi kebutuhan mereka untuk berbicara, bernegosiasi dan mengekspresikan perasaan. Anak yang cerdas dalam bahasa juga memiliki ketrampilan menyimak yang baik, dan memiliki minat terhadap buku.
Cara belajar terbaik bagi mereka yang memiliki kecerdasan verba-linguistik adalah dengan mengucapkan, mendengarkan, dan melihat tulisan. Cara terbaik memotivasi mereka adalah dengan mengajak berbicara, menyediakan banyak waktu, rekaman, serta member peluang untuk menulis.
Pengasuh perlu menyediakan peralatan membuat tulisan, menyediakan tape recorder, sering mendongeng dan melakukan Tanya jawab. Menurut Gardner kecerdasan linguistic terletak pada otak bagian kiri dan lobus bagian depan.
2. Kecerdasan Logiko-Matematik
Kecerdasan Logiko-Matematik berkaitan dengan kemampuan mengolah angka dan atau kemahiran menggunakan logika. Anak-anak yang memiliki kelebihan dalam kecerdasan ini tertarik memanipulasi lingkungan serta cenderung suka menerapkan strategi coba-ralat. Mereka suka bermain yang berkaitan dengan berpikir logis seperti mencari jejak (maze), menghitung benda-benda, timbang-menimbang dan permainan strategi.
Kecerdasan logiko-matematika terletak di otak depan sebelah kiri dan parietal kanan. Kecerdasan ini dilambangkan dengan terutama dengan angka-angka dan lambang matematika lain.
Pengasuh dapat menstimulasi anak dengan memberikan materi-materi konkrit yang dapat dijadikan bahan percobaan, seperti permainan mencampur warna, permainan aduk-garam, aduk-pasir, dan melalui interaksi positif yang mampu memuaskan rasa ingin tahu anak. Menurut Gardner kecerdasan logiko-matematika terletak pada otak bagian kiri dan lobus bagian depan.
3. Kecerdasan Visual-Spasial
Kecerdasan visual-spasial berkaitan dengan kemampuan menangkap warna, dan ruang secara akurat serta mengubah penangkapannya tersebut ke dalam bentuk lain seperti dekorasi, arsitektur, lukisan, dan patung.
Anak yang memiliki kecerdasan visual-spasial memiliki kepekaan terhadap warna, garis-garis, bentuk-bentuk, ruang, dan bangunan, suka mencoret-coret, membentuk gambar, mewarnai dan menyusun unsur-unsur bangunan seperti puzzle dan balok-balok. Anak yang cerdas dalam visual-spasial dapat mempergunakan apapun untuk membentuk sesuatu yang bermakna baginya.
Pengasuh dapat merangsang kecerdasan ini melalui berbagai program seperti melukis, membentuk sesuatu dengan plastisin, mengecap dan menyusun potongan gambar. Perlu disediakan berbagai fasilitas yang memungkinkan anak mengembangkan daya imajinasi mereka seperti permainan konstruktif, balok-balok bentuk geometri berbagai warna dan ukuran, peralatan menggambar, pewarna, alat-alat dekoratif dan berbagai buku gambar. Menurut Gardner kecerdasan visual-spasial mempunyai lokasi di otak bagian belakang hemisfer kanan.
4. Kecerdasan Kinestetik
Kecerdasan gerak-kinestetik berkaitan dengan kemampuan menggunakan gerak seluruh tubuh untuk mengekspresikan ide dan perasaannya serta keterampilan mempergunakan tangan untuk mencipta atau mengubah sesuatu. Kemampuan ini meliputi kemampuan fisik yang spesifik, seperti koordinasi, keseimbangan, keterampilan, kekuatan, kelenturan, kecepatan dan keakuratan menerima rangsang, sentuhan dan tekstur.
Anak yang cerdas dalam gerak-kinestetik terlihat menonjol dalam kemampuan fisik (terlihat lebih kuat, lebih lincah), cenderung suka bergerak, tidak bisa duduk diam berlama-lama, mengetuk-ngetuk sesuatu, suka meniru gerak atau tingkah laku orang lain yang menarik perhatiannya dan senang beraktivitas yang mengandalkan kekuatan gerak seperti memanjat, berlari, melompat dan berguling.
Pengasuh dapat memfasilitasi anak-anak yang memiliki kecerdasan ini dengan memberi kesempatan pada mereka untuk bergerak. Penyediaan kondisi belajar harus dirancang supaya anak dapat leluasa bergerak dan memberi peluang untuk mengaktualisasikan dirinya secara bebas. Dapat dilakukan di luar ruangan seperti meniti titian, berjalan satu kaki, senam irama, merayap dan lari jangka pendek. Kecerdasan gerak kinestetik mempunyai lokasi di otak serebelum (otak kecil), basal ganglia (otak keseimbangan) dan motor korteks.
5. Kecerdasan Musikal
Kecerdasan musikal berkaitan dengan kemampuan menangkap bunyi-bunyi, membedakan, menggubah, dan mengekspresikan diri melalui bunyi-bunyi atau suara-suara yang bernada dan berirama. Kecerdasan ini meliputi kepekaan pada irama, melodi, dan warna suara.
Anak yang cerdas dalam musikal cenderung cepat menghafal lagu-lagu dan bersemangat ketika kepadanya diperkenalkan lagu. Anak-anak yang memiliki kecerdasan musical suka menyanyi, bersenandung atau bersiul. Hampir semua anak memiliki kecerdasan ini.
Pengasuh perlu memfasilitasi anak agar dapat berekspresi musikal melalui salam berirama, deklamasi, menyanyi bersama, tepuk bernada, dan bila mungkin dengan orkesrta kaleng bekas. Jika mendapat stimulasi yang tepat, kemampuan music anak akan terasah dan berkembang. Kecerdasan musical merupakan kecerdasan yang tumbuh paling awal dan mampu bertahan hingga usia tua. Kecerdasan ini mempunyai lokasi di otak kanan.
6. Kecerdasan Interpersonal
Kecerdasan interpersonal melibatkan kemampuan untuk memahami dan bekerja sama dengan orang lain. Kecerdasan ini melibatkan banyak kecakapan, yakni kemampuan berempati pada orang lain, kemampuan mengorganisasi sekelompok orang menuju ke tujuan suatu tujuan bersama, kemampuan mengenali dan membaca pikiran orang lain, kemampuan berteman atau menjalin kontak.
Anak yang memiliki kecerdasan interpersonal cenderung mudah memahami perasaan orang lain, mereka sering menjadi pemimpin di antara teman-temannya. Mereka pandai mengorganisasi teman-teman dan pandai mengkomunikasikan keinginannya pada orang lain. Mereka mempunyai banyak teman, mudah bersosialisasi serta senang terlibat dalam kegiatan kelompok.
Pengasuh perlu memfasilitasi kecerdasan interpersonal ini melalui pemberian kesempatan untuk berteman/bersosialisasi dan menjadi pemimpin di kelompoknya atau diantara teman-temannya. Kecerdasan ini terletak terutama pada hemisfer kanan dan sistem limbik, dan kecerdasan ini dipengaruhi oleh kualitas kedekatan atau ikatan kasih sayang selama masa kritis tiga tahun pertama, dan oleh interaksi social.
7. Kecerdasan Intrapersonal
Kecerdasan Intrapersonal berkaitan dengan aspek internal dalam diri seseorang, seperti: perasaan hidup, rentang emosi, kemampuan untuk membedakan ragam emosi, menandainya, menggunakannya untuk memahami dan membimbing tingkah laku sendiri.
Anak dengan kecerdasan intrapersonal yang baik terlihat lebih mandiri, memiliki kemauan keras, penuh percaya diri, memiliki tujuan-tujuan tertentu. Awal masa anak-anak merupakan saat yang menentukan bagi perkembangan intrapersonal. Mereka yang memperoleh kasih sayang, pengakuan, dorongan, dan tokoh panutan cenderung mampu mengembangkan konsep diri yang positif dan mampu membentuk citra diri sejati.
Pengasuh perlu menjalin komunikasi yang baik dengan anak-anak. Perlu dikembangkan model-model permainan yang memperkenalkan berbagai emosi dan perasaan, serta identifikasi diri yang sebenarnya. Kecerdasan intrapersonal mempunyai tempat di otak bagian depan. Kerusakan otak bagian ini kemungkinan akan menyebabkan orang mudah tersinggung, sementara kerusakan di bagian lebih atas kemungkinan besar akan menyebabkan sikap acuh tak acuh, enggan, lesu, lamban, apatis. Anak autis adalah salah satu contoh anak yang cacat dalam kecerdasan intrapersonal.
8. Kecerdasan Naturalis
Kecerdasan naturalis berkaitan dengan kemahiran dalam mengenali dan mengklasifikasikan flora dan fauna dalam lingkungannya, berkaitan pula dengan kecintaan seseorang pada benda-benda alam, binatang dan tumbuhan. Kecerdasan ini ditandai dengan kepekaan terhadap bentuk-bentuk alam, seperti daun-daunan, awan, batu-batuan.
Anak yang memiliki kecerdasan naturalis cenderung menyukai alam terbuka, akrab dengan hewan peliharaan. Mereka memiliki keingintahuan yang besar tentang seluk-beluk hewan dan tumbuhan (Armstrong, 2002).
Pengasuh dapat menyediakan kondisi dengan cara mengajak anak-anak untuk menikmati dan mengamati alam terbuka, menyediakan materi-materi seperti: membiasakan menyiram tanaman, menanam biji-bijian dan mengamati pertumbuhannya, menciptakan permainan dan program pembelajaran yang berkaitan dengan unsur-unsur alam seperti: membandingkan berbagai bentuk daun dan bunga-bungaan, mengamati perbedaan tekstur pasir, tanah, kerikil, biji-bijian dan menirukan karakteristik binatang. Pengasuh dapat pula menyediakan buku-buku yang memuat seluk-beluk hewan, alam, dan tumbuhan dengan gambar-gambar yang menarik. Melakukan kegiatan eksperimen, investigasi, menemukan fenomena alam, pola cuaca dan lain-lain. Kecerdasan naturalis berada di wilayah-wilayah parietal kiri, berkaitan juga dengan wilayah otak yang peka terhadap sensori persepsi dan otak bagian kiri.
9. Kecerdasan Eksistensial
Kecerdasan eksistensial berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk menempatkan diri dalam lingkup kosmos yang terjauh, dengan makna hidup, makna kematian, nasib dunia jasmani maupun rohani dan dengan makna pengalaman mendalam seperti cinta atau kesenian. Juga berkaitan dengan kemampuan merasakan, memimpikan, dan menjadi pemikir yang menyangkut hal-hal yang besar.
Anak yang memiliki kelebihan kecerdasan eksistensial cenderung memiliki kesadaran akan hakikat sesuatu. Banyak pertanyaan muncul dari mereka mengenai berbagai hal yang mungkin tidak terpikirkan oleh anak lain sebayanya.
Stimulasi untuk kecerdasan ini mungkin tidak mudah dilakukan oleh pengasuh, tetapi pengasuh dapat memberikan tugas untuk merenungkan sesuatu yang ada di sekitar anak, bercerita yang diakhiri dengan pertanyaan-pertanyaan yang menggugah kesadaran, seperti: "Bagaimana jika tidak mempunyai Ibu"? "Bagaimana jika tidak ada air"? dan lain sebagainya
F. Kebutuhan Anak Balita
Setiap anak yang dilahirkan membawa sejumlah potensi. Potensi tersebut akan dapat berkembang secara optimal apabila dikembangkan sejak dini melalui pemenuhan kebutuhan kesehatan, gizi yang memadai, layanan pengasuhan yang tepat.
Upaya pembinaan tumbuh kembang anak dirahkan untuk meningkatkan kesehatan fisik, mental, dan emosional dan sosial anak. Upaya tersebut dilakukan sedini mungkin sejak di dalam kandungan dengan perhatian khusus pada bayi dan anak balita yang merupakan masa kritis dan masa emas bagi kelangsungan tumbuh kembang anak.
Secara umum kebutuhan anak balita terbagi pada 2 bagian yaitu (1) kebutuhan fisik seperti kebutuhan untuk hidup: fisiologis, makan, minum, dan istirahat. (2) kebutuhan psikologis yaitu rasa aman, nyaman, disayang, serta diperhatikan, sehingga anak tumbuh percaya diri dan bangga akan kemampuan dirinya. (3) perlakuan yang salah (4) tindakan yang dapat dilakukan. (5)
1. Kebutuhan Fisik Anak Balita
Kebutuhan fisik anak balita menurut rentang usia dapat dilihat dari matriks berikut ini:
NO
|
SIKLUS/
USIA ANAK
|
KEBUTUHAN ESSENSIAL
|
JENIS LAYANAN
|
1
|
Janin dalam kandungan sampai lahir
|
· Asupan gizi seimbang
|
· Pemberian makanan bergizi seimbang
· Suplementasi gizi mikro
|
· Janin tumbuh kembang secara normal
|
|
Stimulasi janin dalam kandungan
|
Penyuluhan tentang konsep diri ibu hamil
|
· Pencegahan dan pengobatan penyakit
|
· Imunisasi TT
· Pencegahan penyakit menular lainnya
· Pengobatan
|
|
|
5. Asuhan bayi baru lahir
|
1.Pencatatan berat dan panjang lahir.
2. Manajemen terpadu bayi muda (MTBM) a.l:
· Pemeriksaan kesehatan
· Penanganan penyakit
· Injeksi vitamin K1
· Pemberian salep mata
· Perawatan tali pusar
- Menjaga bayi tetap hangat
|
2
|
Bayi 0-28 hari
|
1.Asupan gizi seimbang
|
· Inisiasi menyusui dini
· Pemberian ASI ekslusif
· Pemberian makanan bergizi seimbang bagi ibu
· Suplementasi gizi mikro bagi ibu
|
2. Asuhan bayi baru lahir
|
· Pencatatan berat dan panjang lahir
· Manajemen terpadu bayi muda (MTBM) yang mencakup antara lain:
o Pemeriksaan kesehatan
o Penanganan penyakit
o Injeksi vitamin K1
o Pemberian salep mata
o Perawatan tali pusar
o Menjaga bayi tetap hangat
|
3.Pencegahan penyakit
|
Pemberian Imunisasi
|
4.Tumbuh kembang normal
|
Stimulasi tumbuh kembang
|
5. Akte kelahiran
|
Pencatatan kelahiran & penerbitan akte kelahiran
|
3
|
Bayi 1 – 24 bulan
|
1. Asupan gizi seimbang
|
Pemberian ASI ekslusif untuk bayi usia 1-6 bulan
|
Pemberian makanan bergizi dan Suplementasi gizi makro kepada ibu
|
Pemberian ASI untuk usia 6-24 bulan
|
Pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) mulai usia 6 bulan
|
Pemberian makanan keluarga bergizi seimbang untuk anak usia 1 tahun keatas
|
Pemberian zat gizi mikro mulai usia 6 bulan
|
|
|
2. Tumbuh kembang normal
|
Penimbangan setiap bulan
|
Stimulasi dini
|
Penyuluhan stimulasi tumbuh kembang bagi ibu, keluarga, dan pengasuh lainnya
|
Deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang (DIDTK)
|
1. Pencegahan dan pengobatan penyakit
|
Imunisasi lengkap sebelum usia 1 tahun
|
Manajemen terpadu balita sakit (MTBS)
|
Perawatan balita gizi buruk
|
Pencegahan penyakit menular.
|
4
|
Anak 2-6 tahun
|
· Asupan gizi seimbang
|
Pemberian makanan dengan gizi seimbang (family food)
|
Fortifikasi /suplementasi zat gizi mikro sampai usia 5 tahun
|
· Tumbuh kembang normal
|
Penimbangan balita setiap bulan sampai usia 5 tahun
|
Stimulasi dini
|
Penyuluhan stimulasi tumbuh kembang bagi ibu, keluarga, dan pengasuh lainnya
|
Deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang (DIDTK)
|
· Pencegahan dan pengobatan penyakit
|
Imunisasi booster
|
Manajemen terpadu balita sakit (MTBS)
|
Perawatan balita gizi buruk
|
Pencegahan penyakit menular lainnya
|
· Pengembangan kecerdasan jamak:
o Verbal/bahasa
o Matematik/logika
o Spasial
o Kinestetik
o Musik
o Interpersonal
o Intrapersonal
o Naturalis
o Spiritual
|
Pendidikan dini melalui pemberian rangsangan pendidikan sesuai tahap perkembangan dan potensi anak mencakup:
· Pengembangan sensori motor,
· Pengembangan main peran,
· pengembangan main pembangunan.
· Bimbingan keagamaan sesuai sesuai usia anak.
- Bimbingan belajar sambil bermain bagi anak usia 3 – 4 tahun untuk memenuhi hak anak atas pendidikan.
|
|
Janin sampai 6 tahun yang mempunyai kebutuhan khusus
|
· Penerimaan dan kasih sayang
· Pemeliharaan dan perawatan.
· Asuhan, bimbingan, didikan dan pembinaan
- perlindungan
|
Pemeliharaan, perawatan, bimbingan, pendidikan, pembinaan dan perlindungan
Sesuai kebutuhan khususnya
|
2. Kebutuhan Psikologis Anak Balita
Kebutuhan psikososial anak balita, yang dapat dilakukan orang tua atau pengasuh dapat mempengaruhi optimalisasi tumbuh kembang anak balita. Perilaku orang tua atau orang dewasa lainnya yang perlu diperhatikan, yakni:
a) Akrab
Sejak anak masih dalam kandungan, orang tua harus menjalin akrab dengan anak, demikian halnya setelah anak mencapai balita, pengasuh atau pembimbing harus menjalin akrab dengan anak. Keakraban ini penting untuk memberikan rasa nyaman dan aman yang diperlukan anak untuk mengeksplorasikan lingkungannya. Tanpa rasa nyaman dan aman, anak akan menarik diri dari dunianya. Anak menjadi tidak terbuka dengan pengalaman dan kesempatan-kesempatan belajar, dimana hal ini akan dibawanya sampai meninggal.
b) Disiplin
Disiplin tidak ada hubungan dengan hukuman dan aturan yang kaku. Disiplin lebih terkait dengan kebiasaan hidup teratur dan kebiasaan ini harus dimulai dari orang tua. Anak menyukai keteraturan dan rutinitas dan ini penting untuk membentuk pola kebiasaan, termasuk kedisiplinan. Kebiasaan hidup teratur dapat dilakuak melaui; kebiasaan mengembalikan barang ke tempatnya semula, membereskan mainan, merapikan meja setelah dipergunakan dsb.
c) Hindari Kekerasan.
Marah kepada anak tanpa alasan yang dapat dipahami oleh anak sudah merupakan salah satu bentuik kekerasan. Menghukum baik fisik maupun mental termasuk memukul, mendiamkan anak, memasang muka cemberut, hanya akan membuat anak kehilangan percaya diri dan lebih jauh lagi anak akan kehilangan harga diri.
d) Toleransi
Bertoleransi terhadap kesalahan anak, bukan kebalikan dari disiplin. Kesalahan yang dilakukan anak sering kali hanya karena perbedaan pandang kita sebagai orang tua atau orang dewasa dengan cara pandang anak. Menghargai perbedaan perlu dikenalkan pada saat anak mulai dapat berbicara dan bermain dengan teman sebayanya. Konflik yang sering terjadi karena kita tidak bisa menghargai perbedaan. Hal terkecil tetapi penting untuk dilakukan orangtua adalah mendengarkan dan menghargai pendapat anak.
e) Menjadi Motivator.
Anak tidak sekedar mencontoh dan anak tidak hanya membutuhkan keteladanan orangtua. Dorongan atau motivasi sering lebih penting daripada ajakan. Terlebih pada usia setahun, saat anak memerlukan kemampuan untuk mengontrol dirinya, motivasi berperan penting agar kelak tidak menjadi anak yang pemalu atau peragu. Dorongan orang tua akan muncul dengan sendirinya jika orangtua atau pengasuh sering mendampingi atau memfasilitasi kegiatan bermain anak. Tentu saja dorongan untuk mendikte yang sering muncul tanpa kita sadari harus benar-benar kita hindari.
G. Perlakuan Salah yang Sering Ditemukan
Dalam memperlakuan anak balita, sering tidak disadari pengasuh atau orang tua, melakukan kesalahan dalam memperlakukan anak balita. Kesalahan perlakuan yang sering ditemukan meliputi:
1. Selalu Mencari Aman.
Melarang anak dan mengatakan "JANGAN" kepada anak merupakan perwujudan keinginan orang tua. Larangan hanya akan membuat anak nekad melakukan kesalahan dan kesalahan yang lebih besar lagi dikemudian hari. Informasi yang tepat berguna bagi anak daripada melarang anak untuk melakukan sesuatu.
2. Mengambil Alih Tugas Anak.
Ketidaksabaran dan keinginan untuk selalu mencari aman membuat orangtua tidak pernah memberikan tugas kepada anak dan bahkan mengambil alih tugas anak yang diberikan oleh gurunya atau orang lain. Keinginan oprang tua untuk menunjukkan bahwa anak tidak mengenal dan bahkan lari dari tanggung jawab. Anak tidak dapat dan tidak terbiasa menyelesaikan tugas, disamping anak juga tidak berkesempatan untuk mandiri.
3. Terlalu Berharap.
Adalah keinginan orang tua semata agar anaknya hafal nama-nama kepala negara seluiruh dunia pada usia 2 tahun atau pula anaknya menjadi rangking pertama di sekolahnya. Lebih parah lagi cukup banyak orang tua yang mendiktekan masa depan anak karena dirinya gagal mencapai cita-cita. Harapan yang berlebihan tidak hanya membuat anak tertekan tetapi juga akan menghantam balik akibatnya pada orang tua.
4. Menyerahkan Kepada Orang Lain.
Kurangnya berkomunikasi dengan anak diperburuk dengan mudahnya orang tua menyerahkan begitu saja pengasuhan dan pendidikan anak kepada pengasuh, guru atau orang lain. Meski alasan ekonomi sering melatarbelakangi hal ini, namun kepedulian orang tua pada anak harus menjadi prioritas. Ketidakpedulian orangtua terhadap aktivitas sehari-hari anak dapat mengejutkan orang tua pada saat anak melakukan sesuatu yang tidak diinginkan orang tua.
5. Memberi Contoh Salah
Banyak orang tua yang tidak sadar akan perbuatan atau kebiasaan yang tidak baik seperti merokok, mabuk dan berbohong. Sering pula orangtua tidak sadar mengajarkan berbohong atau perilaku tidak baik lainnya kepada anak. Orang tua sebagai model atas perbuatan dan kebiasaan yang akan ditiru anak.
6. Melakukan Kekerasan
Kesalahan yang semuanya bersumber dari kesalahan orangtua, cepat atau lambat akan dilakukan anak tanpa sengaja. Ujungnya bukan orangtua introspeksi diri, bahkan sebaliknya yang dilakukan orangtua. Mulai dari memasang muka masam, menimpakan kesalahan kepada anak sampai kepada kekerasan fisik dilakukan orang tua bahkan sampai menghilangkan nyawa anak.
H. Tindakan yang Dapat Dilakukan
Untuk menghindari kesalahan dari perlakuan orang tua atau pengasuh maka beberapa tindakan berikut ini, perlu dilakukan ;
1. Perlakukan Anak sebagai Anak
Banyak orang tua atau pengasuh melihat dan memperlakukan anak sebagai orang dewasa kecil, bukan sebagai seseorang yang sedang tumbuh dan berkembang untuk kemudian menjadi dewasa. Karena itu orang tua atau pengasuh jangan beranggapan bahwa anak dapat berpikir dan bertindak seperti orang dewasa. Anak suka mengulang-ulang kegiatannya, memusatkan perhatian untuk waktu yang pendek, suka melakukan percobaan dan banyak kegiatan lain yang menurut pandangan orang dewasa sebagai kegiatan yang tidak bermanfaat dan membosankan.
2. Penuhi Kebutuhan Anak
Anak memiliki banyak kebutuhan, mulai dari kebutuhan makanan dengan gizi yang berimbang, lingkungan yang sehat dan aman, rasa aman, kondisi kesehatan yang prima, perasaan "diterima", kebutuhan unuk mengembangkan potensi diri, pengakuan atas harga diri mereka. Tidak terpenuhinya salah satu kebutuhan anak dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak selanjutnya. Memenuhi kebutuhan anak tidak sama dengan memanjakan anak.
3. Beri Anak Kesempatan
Menerima anak sebagaimana ia adanya bukan hal yang mudah. Rasa takut "kehilangan" anak yang selama ini menggantungkan hidupnya kepada kita merupakan cara dari ketidakmauan orang tua atau pengasuh untuk memberi kesempatan kepada anak mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya. Beri kesempatan anak untuk mandiri, kesempatan untuk melakukan beragam kegiatan yang diperlukan dalam mengembangkan seluruh potensinya sesuai dengan tahapan perkembangannya. Orang tua atau pengasuh adalah fasilitator, pendidik, pelindung dan juga pengawas.
4. Bimbing Anak Untuk Membawa Diri
Selama hidupnya manusia selalu berhubungan dengan orang lain. Demikian halnya anak, pertama-tama akan menjalin hubungan dengan orang tua dan anggota keluarga lainnya, kemudian dengan tetangga, saudara, teman sebaya dan selanjutnya akan semakin memperluas pergaulan. Dalam pergaulan dimanan pun berada, selalu ada aturan atau etika serta sopan santun. Dengan memahmi etiket pergaulan akan memupuk kemampuan membawa diri dan menuntunnya kelak menjadi manusia yang sukses. Oleh karenanya, ajarkan bagaimana anak harus bersikap kepada orang lain, tata cara bersalaman, memberi salam saat bertemu serta beragam etika kesopanan lainnya sejak dini yang dapat dilakukan mulai dari dalam keluarga.
5. Tumbuhkan Rasa Percaya Diri Anak
Berikan rasa "mampu" kepada anak dengan cara memberikan pujian sewajarnya setiap kali anak dapat menyelesaikan sesuatu, betapa pun kecilnya. Hal ini akan menumbuhkan rasa percaya diri anak yang selanjutnya akan berpengaruh terhadap perilakunya kelak, disamping juga berpengaruh terhadap prestasi dan kemampuan mereka untuk berkompetisi.
Anak sangat sulit untuk memahami dirinya, namun bukan berarti anak tidak dapat memahami dirinya sendiri. Konsep menemukan dirinya sendiri merupakan kesadaran atas keberadaan diri anak di lingkungannya sehingga akan menumbuhkan rasa "diterima" oleh lingkungannya. Perasaan ini akan mengembangkan harga diri anak yang diperlukan sebagai kontrol diri atas segala perilaku dan ucapannya. Cara membimbingnya dilakukan dengan cara memberikan tugas atau kewajiban sebagai anggota keluarga, sesuai dengan kemampuannya.
6. Tanamkan Sikap Jujur
Kejujuran ibarat mata uang yang berlaku dimana saja dan kapanpun juga. Membohongi anak sama buruknya berbohong kepada orang lain di depan anak. Jangan pula terburu-buru memberi capl "pembohong" kepada anak saat menceritakan imajinasinya. Anak balita belum bisa membedakan antara imajinasi dengan kenyataan.
7. Jadilah Teladan
Mulailah tindakan dengan memberikan keteladanan. Anak merupakan peniru yang paling ulung. Segala yang dilihat, didengar dan dirasakan akan dapat ditirukan dengan tepat. Jangan lakukan apapun yang orang tua tidak ingin hal tersebut dilakukan oleh anak. Menjadi teladan bukan berarti menjadikan anak pengekor kita.
I. Gangguan yang Sering Ditemukan
Terdapat beberapa gangguan yang sering ditemukan pada anak dan perlu diketahui orang tua atau pengaush sehingga dapat dilakukan tindakan penanganan dengan segera. Gangguan yang sering ditemukan adalah sebagai berikut:
1. Gangguan Bicara dan Bahasa
Kemampuan berbicara merupakan indikator seluruh perkembangan anak, karena kemampuan berbahasa sensitif terhadap keterlambatan atau kerusakan pada sistem lainnya. Hal ini akan melibatkan aspek kognitif, motorik, psikologis, emosi dan lingkungan sekitar anak. Kurangnya stimulasi akan dapat menyebabkan gangguan bicara dan berbahasa bahkan dampaknya akan menetap.
2. Cerebral Palsy
Merupakan suatu kelainan gerakan dari postur tubuh yang tidak progresif, yang disebabkan suatu kerusakan atau gangguan pada sel-sel motorik pada susunan syaraf pusat yang sedang tumbuh atau belum selesai pertuimbuhannya.
3. Down Syndrom
Anak dengan Down Syndrom adalah individu yang tidak dapat dikenaL dari fenotifnya dan mempunyai kecerdasan yang terbatas, yang terjadi akibat adanya jumlah kromosom 21 yang berlebih. Perkembangannya lebih lambat dari anak yang normal. Beberapa faktor penting seperti kelainan jantung kongenital, hipotonia yang berat, masalah biologis atau lingkungan lainnya dapat menyebabkan keterlambatan perkembangan motorik dan keterlambatan untuk menolong diri sendiri.
4. Perawakan Pendek
Atau disebut sebagai short stature merupakan suatu terminologi mengenai tinggi badan yang berada dibawah persentil 3 atau -2SD pada kurva pertumbuhan yang berlaku pada populasi tersebut. Penyebabnya dapat karena variasi normal, gangguan gizi, kelainan kromosom, penyakit sistemik atau karena kelainan endokrin.
5. Autisme
Merupakan gangguan perkembangan pervasif pada anak yang gejalanya muncul sebelum anak usia 3 tahun. Pervasif berati meliputi seluruh aspek perkembangan sehingga gangguan tersebut sangat luas dan berat yang mempengaruhi anak secara mendalam. Gangguan perkembangan yang ditemukan pada autisme mencakup bidang interaksi sosial, komunikasi dan perilaku.
6. Retardasi Mental
Merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan tingkat intelegensi yang rendah (IQ <70) yang menyebabkan ketidakmampuan individu untuk belajar dan beradaptasi terhadap tuntutan masyarakat atas kemampuan yang dianggap normal .
7. Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hyperaktivitas (GPPH)
GPPH disebut juga sebagai Attention Dificultty Hyperactivity Disorder (ADHD). Merupakan gangguan dimana anak mengalami kesulitan untuk memusatkan perhatian dan seringkali disertai dengan hiperaktivitas.