Rabu, 08 Mei 2019

ASUHAN SAYANG IBU

Asuhan Sayang Ibu
1. Pengertian
Menurut WHO persalinan normal adalah persalinan yang dimulai secara spontan (dengan kekuatan ibu sendiri dan melalui jalan lahir), beresiko rendah pada awal persalinan dan presentasi belakang kepala pada usia kehamilan antara 37-42 minggu setelah persalinan ibu maupunb bayi berada dalam kondisi baik. Persalinan normal disebut juga partus spontan adalah proses lahirnya bayi pada letak belakang kepala dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya belangsung kurang dari 24 jam. (Sujiyatini, dkk, 2011 : 1)
Asuhan sayang ibu adalah asuhan yang menghargai budaya, kepercayaan dan keinginan sang ibu ( Depkes RI 2007 ). Asuhan sayang ibu juga dengan memberikan asuhan yang aman, berdasarkan temuan dan turut meningkatkan angka kelangsungan hidup ibu.
Asuhan sayang ibu membantu ibu merasa nyaman dan aman selama proses persalinan, yang menghargai kebiasaan budaya, praktek keagamaan dan kepercayaan ( apabila kebiasaan tersebut aman ), dan melibatkan ibu dan keluarga sebagai pembuat keputusan, secara emosional sifatnya mendukung. Asuhan sayang ibu melindungi hak – hak ibu untuk mendapatkan privasi dan menggunakan sentuhan hanyaa seperlunya.
Sebagai bidan, ibu akan mengandalkan pengetahuan, keterampilan dan pengambilan keputusan dari apa yang dilakukan. Hal ini dimaksudkan untuk :
  1. Mendukung ibu dan keluarga baik secara fisik dan emosional selama persalinan dan kelahiran.
  2. Mencegah membuat diagnosa yang tidak tepat, deteksi dini dan penanganan komplikasi selama persalinan dan kelahiran.
  3. Merujuk ke fasilitas yang lebih lengkap bila terdeteksi komplikasi.
  4. Memberikan asuhan yang akurat dengan meminimalkan intervensi.
  5. Pencegahan infeksi yang aman untuk memperkecil resiko.
  6. Pemberitahuan kepada ibu dan keluarga bila akan dilakukan tindakan dan terjadi penyulit.
  7. Memberikan asuhan bayi baru lahir secara tepat.
  8. Pemberian ASI sedini mungkin.
Kebutuhan dasar selama persalinan tidak terlepas dengan asuhan yang diberikan bidan. Asuhan kebidanan yang diberikan, hendaknya asuhan yang sayang ibu dan bayi. Asuhan yang sayang ibu ini akan memberikan perasaan aman dan nyaman selama persalinan dan kelahiran.
2. Konsep Asuhan Sayang Ibu
Konsep asuhan sayang ibu menurut Pusdiknakes, 2003 adalah sebagai berikut:
  1. Asuhan yang aman berdasarkan evidence based dan ikut meningkatkan kelangsungan hidup ibu. Pemberian asuhan harus saling menghargai budaya, kepercayaan, menjaga privasi, memenuhi kebutuhan dan keinginan ibu.
  2. Asuhan sayang ibu memberikan rasa nyaman dan aman selama proses persalinan, menghargai kebiasaan budaya, praktik keagamaan dan kepercayaan dengan melibatkan ibu dan keluarga dalam pengambilan keputusan.
  3. Asuhan sayang ibu menghormati kenyataan bahwa kehamilan dan persalinan merupakan proses alamiah dan tidak perlu intervensi tanpa adanya komplikasi.
  4. Asuhan sayang ibu berpusat pada ibu, bukan pada petugas kesehatan.
  5. Asuhan sayang ibu menjamin ibu dan keluarganya dengan memberitahu tentang apa yang terjadi dan apa yang bisa diharapkan.
Badan Coalition Of Improving Maternity Services (CIMSmelahirkan Safe Motherhood Intiative pada tahun 1987. CIMS merumuskan sepuluh langkah asuhan sayang ibu sebagai berikut:
  1. Menawarkan adanya pendampingan saat melahirkan untuk mendapatkan dukungan emosional dan fisik secara berkesinambungan.
  2. Memberi informasi mengenai praktek kebidanan, termasuk intervensi dan hasil asuhan.
  3. Memberi asuhan yang peka dan responsif dengan kepercayaan, nilai dan adat istiadat.
  4. Memberikan kebebasan bagi ibu yang akan bersalin untuk memilih posisi persalinan yang nyaman bagi ibu.
  5. Merumuskan kebijakan dan prosedur yang jelas untuk pemberian asuhan yang berkesinambungan.
  6. Tidak rutin menggunakan praktek dan prosedur yang tidak didukung oleh penelitian ilmiah tentang manfaatnya, seperti: pencukuran, enema, pemberian cairan intervena, menunda kebutuhan gizi, merobek selaput ketuban, pemantauan janin secara elektronik.
  7. Mengajarkan pada pemberi asuhan dalam metode meringankan rasa nyeri dengan/ tanpa obat-obatan.
  8. Mendorong semua ibu untuk memberi ASI dan mengasuh bayinya secara mandiri.
  9. Menganjurkan tidak menyunat bayi baru lahir jika bukan karena kewajiban agama.
  10. Berupaya untuk mempromosikan pemberian ASI dengan baik.
3. Prinsip Asuhan Sayang ibu
Prinsip-prinsip sayang ibu adalah sebagai berikut:
  1. Memahami bahwa kelahiran merupakan proses alami dan fisiologis.
  2. Menggunakan cara-cara yang sederhana dan tidak melakukan intervensi tanpa ada indikasi.
  3. Memberikan rasa aman, berdasarkan fakta dan memberi kontribusi pada keselamatan jiwa ibu.
  4. Asuhan yang diberikan berpusat pada ibu.
  5. Menjaga privasi serta kerahasiaan ibu.
  6. Membantu ibu agar merasa aman, nyaman dan didukung secara emosional.
  7. Memastikan ibu mendapat informasi, penjelasan dan konseling yang cukup.
  8. Mendukung ibu dan keluarga untuk berperan aktif dalam pengambilan keputusan.
  9. Menghormati praktek-praktek adat dan keyakinan agama.
  10. Memantau kesejahteraan fisikpsikologis, spiritual dan sosial ibu/ keluarganya selama kehamilanpersalinandan nifas.
  11. Memfokuskan perhatian pada peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit.
4. Asuhan Sayang Ibu Selama Persalinan
Menurut Pusdiknakes (2003), upaya penerapan asuhan sayang ibu selama proses persalinan meliputi kegiatan:
  1. Memanggil ibu sesuai nama panggilan sehingga akan ada perasaan dekat dengan bidan.
  2. Meminta ijin dan menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan bidan dalam pemberian asuhan.
  3. Bidan memberikan penjelasan tentang gambaran proses persalinan yang akan dihadapi ibu dan keluarga.
  4. Memberikan informasi dan menjawab pertanyaan dari ibu dan keluarga sehubungan dengan proses persalinan.
  5. Mendengarkan dan menanggapi keluhan ibu dan keluarga selama proses persalinan.
  6. Menyiapkan rencana rujukan atau kolaborasi dengan dokter spesialis apabila terjadi kegawatdaruratan kebidanan.
  7. Memberikan dukungan mental, memberikan rasa percaya diri kepada ibu, serta berusaha memberi rasa nyaman dan aman.
  8. Mempersiapkan persalinan dan kelahiran bayi dengan baik meliputi sarana dan prasarana pertolongan persalinan.
  9. Menganjurkan suami dan keluarga untuk mendampingi ibu selama proses persalinan.
  10. Membimbing suami dan keluarga tentang cara memperhatikan dan mendukung ibu selama proses persalinan dan kelahiran bayi, seperti: memberikan makan dan minum, memijit punggung ibu, membantu mengganti posisi ibu, membimbing relaksasi dan mengingatkan untuk berdoa.
  11. Bidan melakukan tindakan pencegahan infeksi.
  12. Menghargai privasi ibu dengan menjaga semua kerahasiaan.
  13. Membimbing dan menganjurkan ibu untuk mencoba posisi selama persalinan yang nyaman dan aman.
  14. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum saat tidak kontraksi.
  15. Menghargai dan memperbolehkan praktek-praktek tradisional yang tidak merugikan.
  16. Menghindari tindakan yang berlebihan dan membahayakan.
  17. Memberi kesempatan ibu untuk memeluk bayi segera setelah lahir dalam waktu 1 jam setelah persalinan.
  18. Membantu ibu memulai pemberian ASI dalam waktu 1 jam pertama setelah kelahiran bayi dengan membimbing ibu membersihkan payudara, posisi menyusui yang benar dan penyuluhan tentang manfaat ASI.
5. Penerapan Asuhan Sayang Ibu
  1. Kala I
Kala I adalah suatu kala dimana dimulai dari timbulnya his sampai pem-bukaan lengkap. Asuhan yang dapat dilakukan pada ibu adalah :
  1. Memberikan dukungan emosional.
  2. Pendampingan anggota keluarga selama proses persalinan sampai kelahiran bayinya.
  3. Menghargai keinginan ibu untuk memilih pendamping selama per-salinan
  4. Peran aktif anggota keluarga selama persalinan dengan cara :
  5. Mengucapkan kata-kata yang membesarkan hati dan memuji ibu.
  6. Membantu ibu bernafas dengan benar saat kontraksi.
  7. Melakukan massage pada tubuh ibu dengan lembut.
  8. Menyeka wajah ibu dengan lembut menggunakan kain.
  9. Menciptakan suasana ke-keluargaan dan rasa aman.
  10. Mengatur posisi ibu sehingga terasa nyaman.
  11. Memberikan cairan nutrisi dan hidrasi – Memberikan kecukupan energi dan mencegah dehidrasi. Oleh karena dehidrasi menyebabkan kontraksi tidak teratur dan kurang efektif.
  12. Memberikan keleluasaan untuk menggunakan kamar mandi secara teratur dan spontan – Kandung kemih penuh menyebabkan gangguan kemajuan persalinan dan menghambat turunnya kepala; menyebabkan ibu tidak nyaman; meningkatkan resiko perdarahan pasca persalinan; mengganggu penatalaksanaan distosia bahu; meningkatkan resiko infeksi saluran kemih pasca persalinan.
  13. Pencegahan infeksi – Tujuan dari pencegahan infeksi adalah untuk mewujudkan persalinan yang bersih dan aman bagi ibu dan bayi; menurunkan angka morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi baru lahir.
  1. Kala II
Kala II adalah kala dimana dimulai dari pembukaan lengkap serviks sampai keluarnya bayi. Asuhan yang dapat dilakukan pada ibu adalah :
  • Pendampingan ibu selama proses persalinan sampai kelahiran bayinya oleh suami dan anggota keluarga yang lain.
  • Keterlibatan anggota keluarga dalam memberikan asuhan antara lain :
    1. Membantu ibu untuk berganti posisi.
    2. Melakukan rangsangan taktil.
    3. Memberikan makanan dan minuman.
    4. Menjadi teman bicara/ pendengar yang baik.
    5. Memberikan dukungan dan semangat selama persalinan sampai kelahiran bayinya.
  1. Keterlibatan penolong persalinan selama proses persalinan & kelahiran – dengan cara :
    1. Memberikan dukungan dan semangat kepada ibu dan keluarga.
    2. Menjelaskan tahapan dan kemajuan persalinan.
    3. Melakukan pendampingan selama proses persalinan dan kelahiran.
  2. Membuat hati ibu merasa tenteram selama kala II persalinan – dengan cara memberikan bimbingan dan menawarkan bantuan kepada ibu.
  3. Menganjurkan ibu meneran bila ada dorongan kuat dan spontan umtuk meneran – dengan cara memberikan kesempatan istirahat sewaktu tidak ada his.
  4. Mencukupi asupan makan dan minum selama kala II.
  5. Memberika rasa aman dan nyaman dengan cara :
    1. Mengurangi perasaan tegang.
    2. Membantu kelancaran proses persalinan dan kelahiran bayi.
    3. Memberikan penjelasan tentang cara dan tujuan setiap tindakan penolong.
    4. Menjawab pertanyaan ibu.
    5. Menjelaskan apa yang dialami ibu dan bayinya.
    6. Memberitahu hasil pemeriksaan.
  6. Pencegahan infeksi pada kala II dengan membersihkan vulva dan perineum ibu.
  7. Membantu ibu mengosongkan kandung kemih secara spontan.
  1. Kala III
Kala III adalah kala dimana dimulai dari keluarnya bayi sampai plasenta lahir. Asuhan yang dapat dilakukan pada ibu adalah :
  1. Memberikan kesempatan kepada ibu untuk memeluk bayinya dan menyusui segera
  2. Memberitahu setiap tindakan yang akan dilakukan.
  3. Pencegahan infeksi pada kala III.
  4. Memantau keadaan ibu (tanda vital, kontraksi, perdarahan).
  5. Melakukan kolaborasi/ rujukan bila terjadi kegawatdaruratan.
  6. Pemenuhan kebutuhan nutrisi dan hidrasi.
  7. Memberikan motivasi dan pendampingan selama kala III.
  1. Kala IV
Kala IV adalah kala dimana 1-2 jam setelah lahirnya plasenta. Asuhan yang dapat dilakukan pada ibu adalah :
  • Memastikan tanda vital, kontraksi uterus, perdarahan dalam keadaan normal.
  • Membantu ibu untuk berkemih.
  • Mengajarkan ibu dan keluarganya tentang cara menilai kontraksi dan melakukan massase uterus.
  • Menyelesaikan asuhan awal bagi bayi baru lahir.
  • Mengajarkan ibu dan keluarganya ttg tanda-tanda bahaya post partum seperti perdarahan, demam, bau busuk dari vagina, pusing, lemas, penyulit dalam menyusui bayinya dan terjadi kontraksi hebat.
  • Pemenuhan kebutuhan nutrisi dan hidrasi.
  • Pendampingan pada ibu selama kala IV.
  • Nutrisi dan dukungan emosional.
6. Upaya Pengurangan Rasa Nyeri
  1. Pengertian nyeri
Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan ekstensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya (Tamsuri, 2007).
Menurut InternationalAssociation for Study of Pain (IASP), nyeri adalah sensori subyektif dan emosional yang tidak menyenangkan yang didapat terkait dengan kerusakan jaringan aktual maupun potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan.
Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan bersifat sangat subjektif karena perasaan nyeri pada setiap orang dalam hal skala atau tingkatannya, dan hanyaorang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya (Hidayat, 2006).
Nyeri  persalinan merupakan pengalaman subjektif tentang sensasi fisik yang terkait dengan kontraksi uterus dilatasi dan penipisan serviks serta penurunan janin selama persalinan. Respon fisiologi terhadap nyeri meliputi peningkatan tekanan darah, denyut nadi, pernafasa, keringat, diameter pupil, dan ketegangan otot (Arifin, 2008).
Mengurangi rasa nyeri menurut Varney’s Midwifery :
  1. Adanya seseorang yang dapat mendukung dalam persalinan.
  2. Pengaturan posisi
  3. Relaksasi dan pelatihan pernafasan
  4. Istirahat dan privasi
  5. Penjelasan mengenai proses, kemajuan, dam proses prosedur yang akan dilakukan.
  6. Asuhan nyeri
  7. Sentuhan
Berbagai cara yang dipakai untuk menghilangkan atau mengurangi nyeri persalinan dapat dibagi sebagai berikut :
  1. Cara Non Farmakologi
  2. Relaksasi
Tahap awal untuk belajar relaks adalah menyadari bagaimana rasanya tubuh dan pikiran ketika sedang beristirahat. Pola pernapasan menjadi lambat dan merata, dengan sedikit jeda di antara setiap penarikan dan pengeluaran napas. Jenis pernapasan ini akan membantu dalam melakukan relaksasi selama persalinan. Tahap berikutnya adalah belajar mengenali ketegangan otot. Teknik berikut akan membuat menurunkan ketegangan selama persalinan.
Menurut Penny Simkin, dkk, 2007, ada tiga teknik relaksasi yaitu sebagai berikut :
  1. Relaksasi Pasif
Dilakukan dengan memusatkan perhatian pada berbagai bagian tubuh dan dengan melepaskan ketegangan pada setiap bagian tubuh sehingga akan mencapai keadaan relaksasi yang mendalam baik pikiran maupun tubuh. Teknik ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
  1. Cari posisi berbaring yang nyaman baik berbaring miring atau semi-duduk, dengan kepala dan seluruh anggota gerak didukung oleh lantai atau tempat tidur dan bantal
  2. Tarik napas panjang
  3. Pusatkan ke arah bawah ke ibu jari kaki. Rasakan betapa relaks.
  4. Bayangkan pergelangan kaki menjadi kendur dan lemas.
  5. Pada betis, biarkan otot-otot betis relaks, kendur dan lunak.
  6. Pusatkan pada lutut. Lutut tertopang dan relaks, tidak menahan tungkai kaki pada posisi apapun. Lutut akan terasa sangat nyaman dan kendur.
  7. Biarkan otot-otot paha mengendur. Otot terasa lunak dan berat, dan paha tertopang secara menyeluruh
  8. Untuk daerah bokong dan perineum, bayangkan rasanya lunak dan nyaman. Biarkan diri relaks, memberi kesempatan bagi perineum untuk relaks dan membuka jalan si bayi.
  9. Pada punggung bagian bawah, bayangkan bahwa seseorang sedang menggosok punggung anda. Otot-otot punggung bahwa relaks karena sentuhan tersebut dan punggung bagian bahwa terasa nyaman.
  10. Biarkan pikiran pada pindah ke perut. Kendurkan otot-otot perut. Biarkan perut naik dan turun sewaktu menarik napas dan mengeluarkan napas.
  11. Pada daerah dada, sewaktu menarik napas, dada mengembang dengan mudah, membuat tempat untuk udara. Sewaktu mengeluarkan napas, dada relaks untuk membantu mengalirkan udara ke luar. Bernapaslah dengan nyaman dan perlahan, hampir seperti pernapasan waktu tidur. Pernapasan ini akan membantu lebih relaks.
  12. Untuk daerah bahu, bayangkan bahu dan punggung bagian atas sedang dipijat. Relakskan dan lepaskan ketegangan.
  13. Pusatkan pada lengan, sewaktu mengeluarkan napas, biarakan lengan terletak lemas disamping tubuh.
  14. Daerah bahu, semua otot pada leher umumnya lunak karena tidak berfungsi menahan kepala ditempatnya. Kepala cukup berat dan tertopang secara total sehingga leher relaks.
  15. Pusatkan pada bibir dan rahang. Keduanya lemas dan relaks, tidak perlu menahan mulut dalam keadaan terbuka atau menutup.
  16. Pusatkan pada mata dan kelopak mata. Tidak menahan mata dalam keadaan terbuka atau menutup. Mata bergerak sesuai dengan keinginannya.
  17. Pusatkan pada alis dan kulit kepala. Bayangkan relaksnya, kendurkan, bentuk ekspresi yang tenang dan damai.
  18. Memusatkan diri pada pencapaian positif untuk setiap kontraksi dan melewati kontraksi tersebut.
  1. Relaksasi Sentuhan
Pada persalinan relaksasi sentuhan akan merelakskan atau mengendurkan otot-otot yang tegang dengan menggunakan sentuhan, usapan, atau pijatan orang yang menemani saat persalinan sebagai isyarat nonverbal untuk relaks.
Relaksasi sentuhan akan sangat membantu bukan saja karena tekanan sentuhan itu sendiri yang memberi kenyamanan tetapi juga karena kontak fisik dengan seseorang yang peduli dan berusaha keras membantu ibu meredakan nyeri. (Nolan, 2003).
Beberapa jenis relaksasi sentuhan antara lain :
  • Sentuhan diam
Pasangan menahan tangannya dengan kuat di tempat sampai ibu merasakan relaks.
  • Tekanan Kuat
Pasangan memberi tekanan dengan ujung jari atau seluruh telapak tangannya pada daerah yang tegang, lalu berangsur-angsur melepas tekanan.
  • Mengusap
Pasangan mengusap dengan ringan dan kuat daerah yang tegang.
  • Memijat
Pasangan menggosok atau menekan dengan kuat otot-otot yang tegang, umumnya digunakan untuk daerah punggung dan leher.
  1. Relaksasi Aktif
Digunakan untuk menghadapi persalinan yang menggunakan berbagai posisi dan aktif secara fisik untuk mendapatkan perasaan relaks dan kondisi mental pada keadaan aktif. Mempaktekan relaksasi dalam berbagai posisi berdiri (tegak atau bersandar ke dinding atau pasangan), duduk, setengah duduk, atau merangkak, berlutut dengan kepala dan bahu bersandar di kursi, berjongkok, dan berbaring menyamping. Dengan berlatih pada berbagai posisi akan mampu relaks dengan efektif selama persalinan. Dengan membayangkan sensasi kontraksi persalinan kuat, dapat membuat setiap sesi pelatihan mirip seperti persalinan yang sesungguhnya.
Manfaat Relaksasi
Menurut Penny Simkin, 2007, selama persalinan, relaksasi membantu melakukan hal berikut:
  1. Menyimpan energi dan mengurangi kelelahan.
Jika ibu tidak secara sadar merelaksasikan otot-otot, ibu cenderung membuat otot tegang selama kontraksi. Ketegangan ini meningkatkan nyeri yang dirasakan, memboroskan energi, menurunkan pasokan oksigen kerahim dan bayi, serta membuat lelah.
  1. Menenangkan pikiran dan mengurangi stres
Tubuh yang relaks membuat pikiran relaks, yang selanjutnya membantu mengurangi respon stres. Konsentrasi mental yang terjadi saat merelakskan otot membantu mengalihkan perhatian dari rasa sakit waktu kontraksi. Hal tersebut akan mengurangi kesadaran akan rasa sakit.
  1. Mengurangi Nyeri
Relaksasi mengurangi ketegangan otot yang mengintensifkan nyeri selama persalinan. Juga memungkinkan ketersediaan oksigen dalam jumlah maksimal untuk rahim yang juga mengurangi nyeri, karena otot kerja (yang membuat rahim berkontraksi) menjadi sakit jika kekurangan oksigen.
  1. Psikologik
Disini ibu sudah dipersiapkan secara mental pada setiap kunjungan pemeriksaan hamil atau pada kelas persiapan dan biasanya juga dihadiri bersama suami. Cara psikoprofilaktik ini bila dapat berlangsung dengan baik merupakan cara yang ideal. Selama tiga dekade terakhir makin banyak minat untuk menerapkan cara penanggulangan nyeri pada persalinan tanpa memakai obat-obatan.
Pada beberapa kebudayaan yang berbeda seperti di pedalaman Mexico, dimulainya kontraksi yang teratur pada ibu bersalin ditandai dengan mulainya pesta.Ibu yang melahirkan dirumah dikelilingi oleh tari-tarian, nyanyian, minum-minum diantara teman dan sahabat.Tak seorang pun yang menyuruh ibu tersebut untuk berbaring, dan terlentang. Apapun yang dilakukannya dan yang dilakukan orang lain biasanya bayi akan lahir. Hal ini menjadi pertentangan diantara para ahli di negara barat. Ahli kebidanan mulai belajar dari pengalaman bahwa apa yang dirasakan baik oleh ibu tersebut adalah baik. Jika ibu tersebut ingin berjalan-jalan, berdiri, duduk, atau jongkok hal itu akan menolongnya dan mengurangi rasa nyeri.
Pada penelitian terhadap 700 wanita di inggris hampir semua menginginkan pemakaian obat analgesia yng minimal walaupun mereka akan mendapatkan nyeri yang cukup atau sangat kuat. Untuk mencegah pemakaian obat mereka mengikuti kelas pendidikan dan sosial serta latihan pernafasan dan relaksasi dan mereka lebih puas dibandingkan dengan yang memakai obat-obatan. Alasan yang dikemukakan adalah ketidakpuasaan akan persalinan sebelumnya, dan emosi yang buruk postpartum.
(Madi;28) pada penelitiannya terhadap 109 wanita bersalin yang dibagi dalam kelompok dua kelompok, dimana kelompok pertama ibu bersalin didampingi oleh seorang anggota keluarga. Dan kelompok kedua tanpa didampingi anggota keluarga.Hasilnya diperoleh bahwa pada kelompok kelola (di dampingi keluarga) dijumpai 91% persalinan spontan disbanding 71 % pada kelompok kontrol.Kelompok kelola membutuhkan 13 % oksitosin sedang pada kelompok kontrol 30 %.Secara statistik berbeda bermakna.
Prosedur terapi psikologik meliputi latihan fisik dan mental, latihan cara pernapasan selama persalinan dan relaksasi otot – otot selama kontraksi rahim.prosedur terapi psikologik terutama memakai metode psikodinamik seperti : sugesti, motivasi, atensi, gistraksi yang dapat menghilangkan ketegangan dan ketakutan dan mengendalikan perasaan nyeri.
Kerugian cara ini antara lain : hanya sejumlah kecil yang mengalami true analgesia selama persalinan. Ternyata persiapan memerlukan banyak waktu dari dokter spesialis kebidannan dan personel medis lain dan pada penderita yang emosinya labil. Penerapan cara ini dapat menyebabkan gangguan psikiatrik berupa hyperventilasi yang diterapkan secara salah yang berakibat alkalosis respiratorik.
  1. Transcutaneous Electrica Nerve Stimulation, (TENS)
Merupakan salah satu cara menanggulangan nyeri persalinan non farmakologi yang cara kerjanya terdiri dari penutupan pintu gerbang ke jalur impuls nyeri, yang telah terbukti terjadi akibat tembakan – tembakan impuls – impuls listrik pada ambang nyeri bawah. Tembakan – tembakan, yang dirasakan sebagai syok listrik ringan dihasilkan oleh aliran generator portable yang dikendalikan oleh ibu.
Mekanisme penting dari TENS adalah untuk menstimulasi pelepasan endorphin, yang merupakan salah satu kelompok peptide yang menyerupai apoiat yang diproduksi secara fisiologis. Dalam persalinan, ibu mengatur aliran generator TENS dibawah ambang nyeri dan mempertahankannya selama kontraksi.Riset mengenai keefektifan TENS, seperti metode “komplementer” lainnya, dipenuhi dengan kerumitan metodologis.Dengan demikian, sangat banyak ketidakpastiaan tentang kemanfaatan TENS pada saat kelahiran. Pengecualian terhadap ketidakpastian itu ditunjukkan melalui penelitian yang dilakukan Harisan 1987 dengan menggunakan metode penelitian terkendali acak dobel blind yang diikuti oleh 150 ibu sebagai partisipan. Hal ini menunjukkan bahwa ibu yang menggunakan TENS cenderung lebih jarang menggunakan bentuk analgesic lain, mengidentifikasikan adanya efek menguntungkan dan memuaskan yang sangat besar.
  1. Akupuntur
Sampai saat ini peranannya masa kecil dalam penanggulangan nyeri pada persalinan, karena hasilnya sangat bervariasi dan kurang dapat diharapkan.
Cara kerja akupuntur telah di duga memiliki satu atau lebih dari empat mekanisme dibawah ini ( Simkin,1989) :
  1. Pertama, efek psikologis yang terkait dengan komponen budaya dan perlunya persiapan akupuntur, hal ini sebanding dengan pendidikan kelahiran (Chapman,1984).
  2. Kedua, penderian yang kuat bahwa kerja akupuntur menyebabkan pusat saraf yang lebih tinggi “menutup pintu genbang” jalur impuls nyeri (Mellzack, 1975).
  3. Ketiga, jarum akupuntur mengaktifasi mekanisme penghambat rasa nyeri disusunan saraf pusat (Bond, 1979). Mungkin produksi opioid endogen didalam batang otak ditingkatkan oleh akupuntur. Arthuts (1994) mendukung pernyataan ini melalui observasi terjadix efek sidasi dalam satu jam setelah akupuntur.
  4. Keempat, penutupan gerbang impuls nyeri mungkin dengan cara penghambat presinaps saraf sensorik pada tingkat ganglion dorsalis akibat stimulasi serat saraf sensorik berdiameter besar.
Keuntungan psikologis akupuntur terlahir melalui riset laboratorium (yang et all. 1984) yang menunjukkan bahwa :
Efek analgesic akupuntur berlangsung hanya selama stimulasi akupuntur dilakukan. Hal ini mengingatkan pada keuntungan masase yang relative singkat. Namun, seperti masase, respon emosional, yaitu tidak dibuat menderita oleh nyeri, telahterbukti bertahan lebih lama.
Keefektifan akupuntur telah ditunjukkan pada orang yang menderita nyeri kronik Gunn (1990), yang menemukan bahwa 50 – 80 % sampel menyatakan etifkegunaannya. Gambaran ini dapat dibandingkan dengan orang – orang yang menggunakan akupuntur pura – pura, yang memiliki keekfektifan 50 % dan pengendali placebo yang 30 % menyatakan adanya pengurangan nyeri.
  1. Kompres panas
    • Cara menggunakan kompres panas
    • Dengan menggunakan handuk basah hangat,bantalan panas atau silica gel yang telah dipanaskan atau kantung nasi panas atau botol yang  telah diisi air panas diperut bagian bawah , paha, punggung bawah, bahu atau perineum. Dapat juga langsung dengan menggunakan shower air panas lengsung pada bahu, perut atau punggungnya jika ibu merasa nyaman.
    • Bungkus sumber panas dengan satu atau dua lapis handuk untuk memastikan sumber tersebut tidak terlalu panas
    • Proses penghilangan rasa sakit dengan Kompres panas dapat meningkatkan suhu lokal pada kulit sehingga meningkatkan sirkulasi pada jaringan untuk proses metabolisme tubuh. Hal tersebut dapat mengurangi spasme otot dan mengurangi nyeri.
  1. Saat ibu mengeluh adanya tanda-tanda ketegangan otot
  2. Saat ibu mengeluh ada perasaan tidak nyaman
  3. Pada kala II, kompres pada perineum akan merealisasikannya juga akan mengurangi sakit
  • Kapan tidak boleh digunakan kompres panas
  1. Saat ibu menyatakan tidak nyaman dengan panas atau dalam keadaan demam akibat panas.
  1. Kompres dingin
Berguna untuk mengurangi ketegangan nyeri sendi dan otot, mengerungai pembengkakan, dan menyejukkan kulit. Kompres dingin akan membuat baal daerah yang terkena dengan memperlambat transmisi nyeri melalui neuron-neuron sensorik.
  1. Cara menggunakan kompres dingin
  1. Bungkus sumber dingin dengan satu atau dua lapis handuk untuk memastikan sumber tersebut tidak terlalu dingin dan menghindari rasa tidak nyaman mendadak yang akan terjadi jika benda dingin langsung diletakkan pada kulit, dan memungkinkan toleransi dari rasa sejuk menjadi rasa dingin.
  2. Letakkan sumber kompres dingin pada punggung bawah atau perineum (kantong es, kentong jeli, kain basah yang didinginkan, atau botol plastik beku).
  3. Pasang sabuk kantong jeli dipunggung bawah sehingga memungkinkan ibu dapat bergerak bebas.
  4. Kompres dingin pada rektum membantu mengurangi rasa nyeri yang terjadi karena hemoroid.
  1. Proses penghilangan rasa sakit kompres dingin
  1. Kompres dingin sangat berguna untuk mengurangi ketegangan otot dan nyeri dengan menekan spasme otot (lebih lama daripada kompres panas)
  2. Memperlambat proses pengahntaran rasa sakit dari neuron ke organ
  3. Kompres dingin juga mengurangi bengkak dan mendinginkan kulit.
  4. Waktu pemberian kompres dingin
  1. Nyeri punggung
  2. Merasa kepanasan pada masa inpartu
  3. Haemorrhoid yang menimbulkan sakit
  4. Setelah persalinan, dapat digunakan pada perineum untuk menghilangkan bengkak dan nyeri
Kapan tidak boleh digunakan kompres dingin
  1. Saat ibu merasa menggigil
  2. Jika ibu mengatakan tidak ada perubahan atau iritasi
  1. Hidroterapi
    1. Berguna untuk :
  2. Mengurangi ketegangan, nyeri otot, dan nyeri sendi.
  3. Mengurangi efek gravitasi bersama ketidaknyamanan yang berkaitan dengan tekanan pada panggul dan struktur lain, tekanan yang merata pada bagian tubuh yang terendam, dan kehangatan seringkali menghasilkan penurunan nyeri dan kemajuan persalinan aktif yang lebih cepat.
  4. Pemantauan janin pada hidroterapi dilakukan dengan menggunakan doppler genggam yang kedap air. Hidroterapi tidak dapat digunakan jika keseimbangan atau kemampuan berdiri ibu tidak memadai karena pengaruh obat-obatan atau sebab-sebab lain, terjadi perdarahan atau gawat janin pada saat pembukaan lengkap dan tidak ada rencana untuk melahirkan didalam air, atau jika wanita sudah mendapatkan anestesia epidural untuk mengatasi nyeri.
  1. Counterpressure
Tekanan yang terus-menerus selamakontraksi dilakukan pada tulang sakrum wanita atau kepalan salah satu tangan, atau peremasan pada kedua pinggul. Hal tersebut dapat membantu mengurangi nyeri punggung yang dirasakan oleh wanita melahirka. Belum jelas bagaimana hal ini dapat membantu, tetapi penekanan ini sangan membantu dalam mengurangi nyeri yang dirasakan.
Peremasan panggul dapat mengurangi regangan yang terjadi pada sakro iliaka sehingga mengurangi tegangan-tegangan yang terjadi akibat penekanan internal dari kepala janin counterpressure tidak dapat diteruskan jika wanita merasa penekanan ini tidak dapat menolong dalam mengurangi rasa nyeri yang dideritanya.
  1. Penekanan lutut
Dilakukan dengan cara sebagai berikut :
  1. Wanita dengan posisi duduk.
Wanita duduk tegak dikursi dengan kaki diletakkan dilantai, jika tidak sampai, gunakan buku atau penyanggah lain sehingga kaki bisa menapak. Pendamping atau bidan berlutut didepan samping memegang lutut dan menekannya selama kontraksi. Wanita akan merasakan punggung terasa lega dan nyerinya berkurang.
  1. Wanita dengan posisi berbaring miring dengan 1 atau 2 bantal menyangga lutut.
Diperlukan 2 orang, tekanan hanya pada lutut yang terletak dibagian atas. Wanita menekuk lutut atas dan sendi pinggul sampai membentuk sudut 900. Satu orang menekan sakrum wanita selama kontraksi untuk menstabilkannya dan lainnya menekan lutut atas langsung kearah pinggul wanita.
  1. Posisi Persalinan
Posisi persalinan mempengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologi persalinan. Penolong persalinan dapat membantu ibu agar tetap tenang dan rileks, maka penolong persalinan tidak boleh mengatur posisi meneran. Penolong persalinan harus memfasilitasi ibu dalam memilih sendiri posisi meneran dan menjelaskan alternatif-alternatif posisi meneran bila posisi bila posisi yang dipilih ibu tidak efektif. (Sumarah, dkk, 2009 : 102)
Tabel . Posisi Persalinan
PosisiAlasan / Rasionalisasi
Duduk atau Semi DudukLebih mudah bagi bidan untuk membimbing kelahiran kepala bayi dan mengamati/men-support perineum.
Posisi MerangkakBaik untuk persalinan dengan punggung yang sakit, membantu bayi melakukan rotasi, peregangan minimal pada perineum.
Berjongkok atau BerdiriMembantu penurunan kepala bayi, memperbesar ukuran panggul, memperbesar dorongan untun meneran.
Berbaring miring kekiriMemberi rasa santai bagi ibu yang letih, memberi oksigenisasi yang baik bagi bayi, membantu mencegah terjadinya laserasi.
(Rohani, dkk, 2011 : 123)
Posisi persalinan normal ada 6 yaitu :
  1. Posisi Miring atau Lateral
  • Posisi miring membuat ibu lebih nyaman dan efektif untuk meneran dan membantu perbaikan oksiput yang melintang untuk berputar menjadi posisi oksiput anterior dan memudahkan ibu beristirahat diantara kontraksi jika ia mengalami kelelahan dan juga mengurangi resiko terjadinya laserasi perineum. (JPNK-KR, 2007 : 82)
  • Posisi berbaring miring kekiri dapat mengurangi penekanan pada vena cava inferior sehingga dapat mengurangi kemungkinan terjadinya hipoksia karena suplay oksigen tidak terganggu dapat ancer suasana rileks bagi ibu yang mengalami kecapekan dan dapat pencegahan terjadinya laserasi/robekan jalan lahir. (Sumarah, dkk, 2009 : 102)
  • Posisi ini mengharuskan si ibu berbaring miring ke kiri atau ke kanan. Salah satu kaki diangkat, sedangkan kaki lainnya dalam keadaan lurus. Posisi yang akrab disebut posisi lateral ini, umumnya dilakukan bila posisi kepala bayi belum tepat. Normalnya, posisi ubun-ubun bayi berada di depan jalan lahir. Posisi kepala bayi dikatakan tidak normal jika posisi ubun-ubunnya berada di belakang atau di samping. Dalam kondisi tersebut biasanya dokter akan mengarahkan ibu untuk mengambil posisi miring. Arah posisi ibu tergantung pada letak ubun-ubun bayi. Jika berada dikiri ibu dianjurkan mengambil posisi miring ke kiri sehingga bayi, anc berputar, jika berada dikanan ibu dianjurkan mengambil posisi miring ke kanan sehingga bayi diharapkan anc berputar. (Rohani, dkk, 2011 : 123)
Posisi Miring / Lateral
  • Keuntungan :
  • Oksigenisasi janin maksimal karena dengan miring kekiri sirkulasi darah ibu ke janin lebih ancer.
  • Memberi rasa santai bagi ibu yang letih.
  • Mencegah terjadinya laserasi. (Sulistyawati, dkk, 2010 :105)
  • Perdarahan balik ibu berjalan ancer, sehingga pengiriman oksigen dalam darah dari ibu ke janin melalui plasenta tidak terganggu.
  • Kontraksi uterus lebih efektif.
  • Memudahkan bidan dalam memberikan pertolongan persalinan. Karena tidak terlalu menekan proses pembukaan akan berlangsung sehingga persalinan berlangsung lebih nyaman. (Rohani, dkk, 2011 : 50)
  • Kekurangan :
Memerlukan bantuan untuk memegangi paha kanan ibu.
  1. Posisi Jongkok
  • jongkok membantu mempercepat kemajuan kala II persalinan dan mengurangi rasa nyeri. (JPNK-KR, 2007 : 82).
  • Posisi jongkok memudahkan penurunan kepala janin ,memperluas rongga panggul sebesar 28 % lebih besar pada pintu bawah panggul, memperkuat dorongan meneran. Posisi jongkok dapat memudahkan dalam pengosongan kandung kemih. Jika kandung kemih penuh akan dapat memperlambat penurunan bagian bawah janin. (Sumarah, dkk, 2009 : 102)
  • Posisi ini sudah dikenal sebagai posisi yang alami. Biasanya ibu berjongkok di atas bantalan empuk yang berguna menahan kepala dan tubuh bayi (Rohani, dkk, 2011 : 50).
  • Keuntungan :
  1. Memperluas rongga panggul, diameter tranversa bertambah 1 cm dan diameter anteroposterior bertambah 2 cm.
  2. Persalinan lebih mudah.
  3. Posisi ini menggunakan gaya gravitasi untuk membantu turunnya bayi.
  4. Mengurangi trauma pada perineum. (Rohani , dkk , 2011 : 50).
  • Kekurangan :
Memungkinkan timbul cidera pada kepala bayi, karena tubuh bayi yang berada dijalan lahir bisa meluncur dengan cepat. Untuk menghindari cidera biasanya ibu berjongkok diatas bantalan empuk yang berguna menahan kepala bayi.
  1. Posisi Merangkak
  2. Posisi merangkak membuat ibu lebih nyaman dan efektif untuk meneran dan membantu perbaikan oksiput yang melintang untuk berputar menjadi posisi oksiput anterior dan memudahkan ibu beristirahat diantara kontraksi jika ia mengalami kelelahan dan juga mengurangi resiko terjadinya laserasi perineum. (JPNK-KR, 2007 : 82)
  3. Posisi merangkak sangat cocok untuk persalinan dengan rasa sakit pada punggung mempermudah janin dalam melakukan rotasi serta peregangan pada perineum berkurang. (Sumarah, dkk, 2009 : 102)
  4. Pada posisi ini ibu merebahkan badan dengan posisi merangkak, kedua tangan menyanggah tubuh dan kedua kaki ditekuk sambil dibuka. (Rohani, dkk, 2011 : 51).
  5. Keuntungan :
  • Membantu kesehatan janin dalam penurunan lebih dalam ke panggul.
  • Baik untuk persalinan dengan punggung yang sakit.
  • Membantu janin dalam melakukan rotasi.
  • Peregangan minimal pada perineum. (Sulistyawati, dkk, 2010 : 105)
  • Posisi merangkak seringkali merupakan posisi yang paling baik bagi ibu yang mengalami nyeri punggung saat persalinan.
  • Mengurangi rasa sakit.
  • Mengurangi keluhan hemoroid. (Rohani, dkk, 2011 : 51)
  1. Posisi Semi Duduk
  2. Posisi ini posisi yang paling umum diterapkan diberbagai RS/RSB di segenap penjuru tanah air. Pada posisi ini, pasien duduk dengan punggung bersandar bantal, kaki ditekuk dan paha dibuka ke arah samping. Posisi ini cukup membuat ibu merasa nyaman. (Rohani, dkk, 2011 : 52)
    1. Dengan posisi ini penolong persalinan lebih leluasa dalam membantu kelahiran kepala janin serta lebih leluasa untuk dapat memperhatikan perineum. (Sumarah, dkk, 2009 : 102)
    2. Keuntungan :
  3. Memudahkan melahirkan kepala bayi.
  4. Membuat ibu nyaman.
  5. Jika merasa lelah ibu bisa beristirahat dengan mudah. (Rohani, dkk, 2011 : 144)
  6. Membantu dalam penurunan janin dengan kerja gravitasi menurunkan janin ke dasar panggul.
  7. Lebih mudah bagi bidan untuk membimbing kelahiran kepala bayi dan mengamati/mensupport perineum. (Sulistyawati, Ari, dkk, 2010 : 105)
  1. Kekurangan :
Titik berat berada pada tulang sacrum sehingga tulang koksigis akan terdorong kedepan menyebabkan rongga menjadi lebih sempit.
  1. Posisi duduk
  • Pada posisi ini, duduklah diatas tempat tidur dengan disangga beberapa bantal atau bersandar pada tubuh pasangan. Kedua kaki ditekuk dan dibuka tangan memegang lutut dan tangan pasangan membantu memegang perut ibu. (Rohani, dkk, 2011 : 52)
  • Menurut Sumarah (2009 : 102) dengan posisi duduk penolong persalinan lebih leluasa dalam membantu kelahiran kepala janin serta lebih leluasa untuk dapat memperhatikan perineum.
  • Keuntungan :
  • Posisi ini memanfaatkan gaya gravitasi untuk membantu turunnya bayi.
  • Memberi kesempatan untuk istirahat di antara dua kontraksi.
  • Memudahkan melahirkan kepala bayi. (Rohani, dkk, 2011 : 53)
  1. Posisi berdiri
  2. Menurut Rohani (2011:53) menyatakan bahwa pada posisi ini ibu disangga oleh suami dibelakangnya. Sedangkan menurut Sumarah (2009:102) menyatakan bahwa pada posisi berdiri memudahkan penurunan kepala janin, memperluas rongga panggul sebesar 28 % lebih besar pada pintu bawah panggul, memperkuat dorongan meneran.
  3. Keuntungan :
  • Memanfaatkan gaya grafitasi.
  • Memudahkan melahirkan kepala.
  • Memperbesar dorongan untuk meneran.(Rohani , dkk , 2011 : 145)

0 komentar:

Posting Komentar