KUE-KUE ORANG BUGIS:
1. BARONCONG
Saat ini banyak kue modern membanjiri Kota Makassar, beragam rasa di perkenalkan. Akan tetapi, tak sedikit masyarakat Kota Makassar yang masih menyukai kue tradisional khas Bugis Makassar tersebut.
Satu di antara kue tradisional yang masih disukai warga Kota Makassar dan sekitarnya adalah Baroncong.
Kue tradisional ini masih memiliki rasa yang berbeda dan tak tergantikan. Apalagi kebanyakan kue tradisional tidak memakai bahan pengawet yang berlebihan, salah satunya kue Baroncong.
Jajanan ringan ini bahannyapun sangat sederhana, hanya butuh tepung terigu, santan, parutan kelapa muda, gula pasir dan soda kue.
Bentuk Baroncong mirip sekali dengan kue pukis, tapi kue Baroncong sedikit lebih besar, panjangnya sekitar tujuh sentimeter dengan sedikit tebal sekitar dua sentimeter.
Mencari penjual kue ini tak perlu repot, karena penjualnya ada di mana-mana, apalagi di jalan protokol di kota Makassar. Pasti Anda akan menjumpai penjual kue ini.
Begini Cara Membuatnya
Cara membuat kue Baroncong tidak sulit. Anda hanya mencampurkan adonan yang disebutkan di atas, lalu mengaduknya hingga encer.
Setelah adonannya sedikit encer, tuangkan ke dalam cetakan khusus kue Baroncong yang sudah dipanaskan di atas bara api.
Setelah Anda menuangkan adonan ke cetakan kue Baroncong, jangan lupa dioleskan dengan mentega agar adonan tidak lengket di cetakan.
Setelah itu, taruh percetakan yang terbuat dari seng tersebut di atas bara api, karena kue tradisional ini dipanaskan di atas bara api, menggunakan kayu bakar.
Pada saat Anda panaskan di atas bara api, kue ini akan mengembang dengan sendirinya. Jika Anda ingin mengetahui apakah kue ini sudah matang, tinggal cek di pinggirnya, kalau sudah berwarna cokelat, berarti kue Baroncong sudah matang.
Cungkil sisinya lalu keluarkan kue baroncong dari cetakannya menggunakan sendok atau gancu.
Jika Anda ingin merasakan nikmatnya kue Baroncong, Anda perlu mencobanya saat kue tersebut masih hangat. Rasanya gurih dan lezat, karena perpaduan tepung terigu, santan, parutan kelapa muda, gula pasir dan soda kue.
Rasanya pun terkadang berbeda-beda, tergantung bagaimana Anda meraciknya, kalau kelebihan garam akan terasa asin, itupun kalau kelebihan gula, rasanya pun akan terasa manis.
Muhammad Rizal (28) warga Galesong Kabupaten Takalar, yang merupakan salah satu penjual kue tradisional Baroncong yang ditemui Tagar News di bilangan Jalan Pengayoman, Minggu (10/2) menceritakan kue tersebut sangat disukai zaman dahulu. Namun, dia tak menceritakan secara spesifik kenapa kue tersebut diberi nama Baroncong.
“Kue ini sudah ada sejak zaman dulu, saya generasi ke sekian di keluargaku menjual kue ini. Sehari bisa menjual 300 biji. Per bijinya dijual Rp 1.000,” ujarnya sambil tersenyum.
Dia pun menjelaskan kue Baroncong sudah ada sejak puluhan atau bahkan mungkin ratusan tahun yang lalu oleh masyarakat Sulawesi Selatan.
Sejauh ini memang belum ada literatur yang menjelaskan kapan pastinya kue tradisional khas Makassar ini mulai ditemukan. Namun, yang pasti kue ini tak akan mengecewakan jika Anda mencicipinya saat masih panas atau hangat.
Setelah Tagar News telusuri, ternyata di beberapa daerah kue ini juga ada, namun namanya berbeda-beda. Ada yang memang menyebutnya kue baroncong, buroncong dan ada juga garoncong. Kue Baroncong ini dalam bahasa Indonesia disebut kue Pancong.
Kue tradisional khas Bugis Makassar ini biasanya dijual menggunakan gerobak dorong. Namun, di zaman modern seperti sekarang ini, banyak yang menjualnya menggunakan sepeda, ataupun sepeda motor.
Sebagian penjual, ada yang memasaknya terlebih dahulu, baru menyimpannya dalam lemari kaca kecil. Namun, tak sedikit pula ada pembeli baru dimasakkan.
Di atas gerobak, selain lemari kecil tempat penyimpan Baroncong yang sudah masak, juga terdapat ember tempat penyimpanan adonan yang sudah diaduk.
Kebanyakan para pembeli, lebih memilih menunggu baroncong dimasak, daripada membeli Baroncong yang sudah dimasak dan dipajang dalam lemari kaca, karena makan saat panas akan terasa nikmat.
Jika Anda jalan-jalan ke Kota Makassar, tak ada salahnya Anda mencicipi kue ini, selain rasanya lezat, Anda juga membantu perekonomian para pedagang kecil. Karena saat ini pedagang kecil sedikit terpinggirkan dengan munculnya para pedagang modern.
2. KUE MENDUT
Makanan yang terbuat dari tepung ketan ini sangat enak rasanya, teksturnya yang sedikit liat dan ada sedikit perlawanan saat mengunyahnya. Dan semburat manis gurih dari isian kelapanya menambah nikmat kue yang satu ini. Apalagi kalau ditemani secangkir kopi atau teh hangat. Hmm..nyummy!
Entah darimana nama kue ini diambil, tapi yang saya tahu kue ini menjadi kue khas antaran setiap masyarakat Betawi yang akan melangsungkan pernikahan. Atau makanan yang sering ditemui saat lebaran tiba. Tiba-tiba saja saya ingin menyelidiki asal muasal nama kue ini.
Kue Bugis, awalnya saya mengira ini kue khas masyarakat Bugis. Tapi ketika saya bertanya kepada teman saya yang kebetulan orang Bugis, ternyata dia malah tidak tahu menahu tentang kue yang satu ini.
Setelah bertanya-tanya, ternyata kue ini memiliki banyak nama. Contohnya saja jika di Jawa kue ini biasa disebut dengan kue mendut. Bahan utama yang digunakan tetap sama, hanya saja tepung ketan putih ini diberi air daun suji atau pandan sehingga adonan berwarna hijau dan wangi baunya. Tak lupa diberi isian enten alias kelapa muda parut yang dimasak dengan gula merah.
Lain di Jawa lain juga di Sumatra (Padang) kue ini disebut juga 'lapek Bugis' atau lepat bugis. Terbuat dari tepung ketan hitam dengan isian enten. Tapi enten ini dimasak dengan gula putih, berbeda dengan kue mendut yang entennya di masak dengan gula merah.
Ternyata tidak hanya berbeda nama, cara membungkusnya pun juga berbeda. Kalau di Jawa dibungkus dengan daun pisang muda dan dilipat segiempat seperti membungkus kue pisang, sedangkan di Sumatra di taruh kedalam daun pisang yang telah dipincuk kemudian dilipat menyerupai piramida. Keduanya diberikan areh atau santan kental.
Sedangkan kue Bugis yang terkenal di Jakarta ini umumnya sudah dimasak terlebih dahulu sampai matang barulah dibungkus dengan daun pisang yang masih muda. Sebelumnya daun tersebut telah diolesi dengan minyak kelapa agar adonan kue tidak menempel, baru kue dilipat segi empat.
3. Barongko
Barongko adalah kue atau makanan khas bugis di Makassar yang dibuat dari bahan dasar pisang yang sudah dihaluskan, telur, garam, gula pasir, dan santan. Adonan kue oleh-oleh khas Makassar yang satu ini sudah jadi, lalu dibungkus menggunakan daun pisang dan setelah itu dikukus sampai matang.
Selanjutnya disimpan di dalam lemari es. Pada zaman dahulu, makanan khas Makassar dengan jenis kue ini menjadi sajian penutup untuk kalangan para raja bugis. Selain itu, barangko juga sering dihadirkan dalam acara-acara adat semisal pernikahan, sunatan dan syukuran.
4. Es pisang ijo
Di berbagai kota-kota besar yang ada di Indonesia, kita bisa dengan mudah menemukan es pisang ijo ini sebagai makanan ringan khas Makassar. Kalu kamu masih penasaran dari mana asal es pisang ijo ini, minuman segar ini merupakan minuman asli kota Makassar, Sulawesi selatan.
5. Putu Cangkir
Putu cangkir salah satu makanan tradisional khas Makassar kini mulai sulit di dapatkan dengan munculnya berbagai macam jajanan kue modern.
Putu cangkir berbahan gula merah, beras ketan, serta kelapa, pembuatanya harus dengan manual karena menggunakan uap air untuk mengeraskan adonannya. Kue ini bisa bertahan sampai 2 hari.
6. Biji Nangka
Kue ini disebut biji nangka karena bentuknya seperti biji nangka. Kudapan berbahan dasar kentang rebus ini bercita rasa manis dan gurih.
Kita dapat menjumpai kue ini dalam acara adat Bugis, seperti pernikahan. Biasanya, orang Bugis menyukai penganan ini disajikan dalam keadaan dingin.
7. Cucuru bayao merupakan kue tradisional yang kerap hadir dalam berbagai pesta adat utamanya pesta perkawinan yang disajikan dalam Bosara bersama kue tradisional lainnya seperti Barongko, Taloba, Biji Nangka, Kue Pelita, Sikaporo dan lain sebagainya.
Kue ini disebut biji nangka karena bentuknya seperti biji nangka. Kudapan berbahan dasar kentang rebus ini bercita rasa manis dan gurih.
Kita dapat menjumpai kue ini dalam acara adat Bugis, seperti pernikahan. Biasanya, orang Bugis menyukai penganan ini disajikan dalam keadaan dingin.
5. Putu Cangkir
Putu cangkir salah satu makanan tradisional khas Makassar kini mulai sulit di dapatkan dengan munculnya berbagai macam jajanan kue modern.
Putu cangkir berbahan gula merah, beras ketan, serta kelapa, pembuatanya harus dengan manual karena menggunakan uap air untuk mengeraskan adonannya. Kue ini bisa bertahan sampai 2 hari.
0 komentar:
Posting Komentar